Tara
menatap layar laptopnya. Menyelesaikan tugas-tugas yang belum ia selesaikan
pada semester ini. Aneh. Seusai ulangan umum tugas memang malah bertambah
banyak. Tara merasa bosan, sesekali ia memandang ke jejaring sosial yang ia
buka. Tara memperhatikan news feed
hari ini dari facebooknya. Ia merasa
tak tertarik sama sekali. Ia melihat ke sisi facebook lainnya, sampai akhirnya
ia menyipitkan matanya pada suatu emoticon
love di ujung kanan facebook. Bagaskara Mahaputra is in a relationship
with Karina Ananda. Tara membekap mulutnya. Ia terhenyak. Menangis tanpa
suara.
***
Hari
ini hari pertama Tara di semester 2. Pengumuman tentang pembagian kelas sudah
ditempel di papan pengumuman. Semua anak berdesakan untuk melihat pembagian
kelas itu. Suasana di aula hari ini benar-benar semrawut. Semua orang sibuk
dengan urusannya masing-masing. Tara menatap orang-orang yang berlalu-lalang di
aula, menyenangkan sekali. Entahlah, ia memang senang memandang orang
berlalu-lalang seperti itu. Matanya tertuju pada sudut aula. Saat itu juga Tara
merasa sesak. Lukanya kembali terbuka. Bagas dan Karina. Dua orang itu, yang
katanya sahabat ternyata menusuk hatinya. Mengoyak hingga tak berbekas. Tara
diam, masih mematung di tempatnya. Bayang-bayang pikirannya kembali lagi ke
masa lalu. Saat ia dan Bagas masih bersatu, melakukan sesuatu bersama-sama. Ah,
menyenangkan! Muncul juga wajah Karina, teman sekelasnya sewaktu SMP. Mereka
pergi kemana-mana bersama, melakukan kegiatan di kelas bersama. Wajah Karina
dan Bagas silih berganti memenuhi ruang otak Tara. Tara merasa semakin sesak,
semakin sakit. Bagas dan Karina. Dua orang itu, penghancur kegelapan malamnya.
“Hoiiiii..
Sendirian aja lo!”
Tara
tersentak. Dilihatnya Nia sudah berada di sampingnya. “Eh, ngagetin aja sih lo!
Ngapain kesini? Ngehibur gue? Hahaha!”
“Murung
terus sih! Udah biarin aja, mending happy-happy
sama gue. Enak banget ngelamunnya sampai gak nyadar gue udah ada di samping lo
dari tadi.”
“Eh,
udah ah, mending ke kantin yuk, Nia!”
“Ayok!”
***
Sekali
lagi Tara merasa kesepian mencekam malamnya. Ia bosan juga kalau harus begini
terus. Nia sedang keluar bersama pacarnya. Tak mungkin kalau ia harus mengikuti
Nia terus. Handphone Tara bergetar,
saat itu juga langsung dilihatnya pesan yang masuk. Bagas. Nama itu yang
tertera di layar handphonenya. Tara
mengerenyutkan dahinya. Untuk apa Bagas kembali menghubunginya walau hanya
sekedar pesan singkat. Tara tak tahu jawabannya. Segera saja ia membuka pesan
yang masuk dari Bagas.
Selamat malam, Tara.
Tara
bingung. Untuk apa mantan kekasihnya itu menghubunginya lagi. Apakah ia hanya
sekedar pelampiasan saja karena Bagas sedan bertengkar dengan Karina? Tara tak
tahu. Tara hanya membalas pesan itu singkat. Malam semakin larut, percakapan
meeka semakin melunak. Tara merasa bahagia. Iya benar, sangat merasa bahagia.
Tara menatap langit, bintang bersinar dengan terangnya. Bulan tersenyum dengan
manisnya. Tara tersenyum. Ia merindukan saat-saat itu lagi. Kenangan memang tak
bisa pergi dari hidupnya. Tara, seseorang yang masih rela dipermainkan
kenangan, yang masih rela berlari bersama kenangan.
***
Bagas
menatapnya diam-diam. Tara tahu itu. Ia merasa sakit hatinya kembali terbuka.
Mengapa harus diam-diam? Apa Tuhan menciptakan segala sesuatu untuknya memang
harus dengan diam-diam seperti ini? Hati Tara merasa pilu. Bagas, sosok itu
memang tak pernah bisa lepas dari atmosfer otaknya. Ia pernah merasa bahagia
dengan Bagas. Dulu sekali. Tara merasa ia tak bisa terus begini. Ia harus pergi
dari hidup Bagas. Bagas juga sudah bersama kehidupan barunya. Tara sadar, tak
selamanya ia bisa terus begini. Ia harus terus maju dan bukan terpaku pada masa
lalu.
Malam
itu Bagas kembali lagi mengirimi pesan singkat untuk Tara. Hari ini berbeda.
Bagas tak lagi menunjukkan sikapnya yang dulu. Bagas bertengkar dengan Karina. Semua
itu karena semua pesan singkat Bagas kepadanya telah diketahui oleh Karina. Karina
marah kepadaku, begitu juga Bagas. Aku merasa terpojokkan. Apa semua ini murni
salahku? Apa memang Bagas merasa selama ini aku orang yang pantas
disembunyikan? Tara menangis, untuk yang kesekian kalinya. Tara yakin akan
keputusannya. Pergi. Pergi dari kehidupan mereka berdua. Bahkan ketika mereka
bertengkar, Tara tak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Karina. Ia
berkata bohong demi melindungi orang yang selama ini ia sayangi, Bagas. Apa
Bagas tahu? Apa Bagas paham semua pengorbanannya? Tara menangis tanpa suara,
terlalu sakit, dan terlalu perih. Tara mengorbankan perasaan dan harga dirinya
hari itu juga. Apa itu berarti, Bagas?
***
0 komentar:
Posting Komentar