Aku mengenalmu secara tiba-tiba. Tanpa tahu namamu
tanpa tahu siapa kamu. Hanya sebatas kenal. Hanya sebatas senyuman. Tapi kamu
seolah-olah memperkenalkanku pada dunia yang lain, yang belum pernah aku lihat sebelumnya.
Kamu nyata. Bukan sebuah ilusi bukan sebuah bayangan yang diciptakan oleh gadis
sepertiku.
Kita berkenalan. Sungguh, seperti mimpi! Pesan
singkatmu mulai memenuhi kesunyian handphone-ku
selama ini. Kamu penuh semangat ketika bercakap-cakap denganku. Aku bisa
merasakan itu, aku juga sangat bersemangat ketika pesan singkatmu mulai
meramaikan hari-hariku.
Aku merasa senang, merasa berbeda. Aku mencoba
mencegah perasaan aneh yang mulai aku rasakan. Entah apa namanya, aku mencoba
mencegahnya. Aneh. Mungkin aku hanya merasakan ketertarikan sesaat atau aku
benar-benar jatuh cinta sama kamu. Apa? Jatuh cinta? Jangan!
Kamu mengisi hari-hariku, kamu penuh semangat, kamu
penuh magis! Aku mulai merasakan sesuatu yang entah apa namanya. Aku tak
mengerti. Lalu kamu mulai bercerita tentang wanita yang kamu suka, yang kamu
kagumi. Aku berusaha memahaminya walau terkadang ada perasaan yang mengganjal
ketika kamu menceritakan “mereka”.
Aku mulai sadar akan perasaanku sendiri. Aku jatuh
cinta! Aku jatuh cinta pada seseorang yang mengagumi banyak perempuan! Bukankah
hal itu tidak aneh? Bukankah cinta tak pernah salah? Aku merasa nyaman
dengannya, merasakan sesuatu yang baru yang belum pernah aku rasakan
sebelumnya.
Tapi kamu mencintai banyak wanita, banyak perempuan.
Aku apa? Bukan sesuatu yang penting yang harus kamu pertahankan. Kamu mencintai
dia, kamu mengagumi dia, kamu merasakan ketertarikan sesaat dengan dia. Terlalu
banyak wanita! Dia, dia, dia, dan dia! Entah “dia” siapa lagi yang kamu suka.
Tapi aku jatuh cinta dengan lelaki seperti kamu, yang mampu membuat wanita
nyaman berada di sampingmu.
Kamu penuh magis! Menyesatkan pikiranku, menghisap
seluruh energiku ketika bertatapan denganmu. Kamu berbeda! Tapi aku siapa?
Bukan siapa-siapa, bukan apa-apa. Aku mulai merasa bosan, bukan. Aku hanya
merasa lelah akan semuanya. Kamu mulai menceritakan “dia” yang baru lagi. Entah
berapa banyak “dia” yang akan kamu ceritakan padaku.
Aku di sini, berdiri dengan harapanku. Harapan yang
akan aku bawa pulang lagi, yang akan aku kubur dalam-dalam. Aku mulai
menyadari, kamu bukanlah kamu yang pantas aku perjuangkan seperti kamu
memperjuangkan wanita-wanita itu. Tapi kamu memintaku untuk tetap di sini,
berada di sampingmu, bersamamu dan tidak lupa bersama cerita-ceritamu tentang wanita
yang kamu sukai. Aku memberimu kesempatan yang sama, berkali-kali. Hingga aku
mulai lelah. Tolong, sekali lagi. Minta aku supaya jangan terjatuh, supaya aku
tidak sakit. Cukup. Kamu dan duniamu terlalu penuh magis hingga menyeretku
sejauh ini, hingga duri-duri yang menancap terlalu banyak dan tak terasa lagi
sakitnya.
Tolong, minta pada bintang jatuh agar aku tetap
kuat. Tolong, mengertilah. Tak ada yang perlu dipertahankan, tak ada yang perlu
dikhawatirkan. Karena sejak awal kita bukan siapa-siapa, bukan sesuatu yang
harus saling melepas atau bertahan. Aku hanya belajar untuk mengikhlaskan
belajar melepas sesuatu yang bukan milikku. Kamu, terima kasih sudah membawa
aku sejauh ini. Terima kasih sudah mengajarkan aku arti mengikhlaskan dan
melepas.
1 komentar:
aku terbawa oleh cerita yang mbak diah buat, karena sama seperti yang aku rasakan.. baguss banget ceritanya semangaaat
Posting Komentar