Aku masih berada di tempat yang sama dengan dengus
nafas yang mulai tak beraturan. Pria itu menyuruhku masuk ke dalam rumahnya.
Pria berkulit putih dan berperawakan sedang itu memberikanku sebungkus es krim.
Selalu saja tahu apa yang kusuka. Ia memperhatikanku menghabiskan es krim itu.
Tatapannya lekat dan sesekali senyum mengembang di bibirnya. Aku selalu suka
saat-saat seperti ini, saat mataku dan matanya bertemu. Tulus dan menenangkan.
Ia mulai berbicara tentang apapun itu termasuk juga
tentang pacarnya. Aku menyimak dengan serius sambil tetap sibuk menghabiskan es
krim-ku. Ia mulai bertanya-tanya tentang aku. Bertanya-tanya tentang “kita”.
Entah perasaan apa yang membuat aku tetap tenang berada di sampingnya. Malam ini
hanya ada aku dan dia. Malam ini yang menjadi saksi betapa aku merasa tenang di
sampingnya.
Tapi kamu bukan siapa-siapa aku dan aku bukan
siapa-siapa kamu. Tapi kita selalu bisa menemukan titik kenyamanan
masing-masing ketika bersama. Entah, kamu seperti merasuki seluruh sel impuls otakku ketika
kita bisa berdua seperti ini. Kamu seperti magnet yang menarik seluruh energiku
ketika kita selalu bersama. Tapi kenyataannya kamu bukan untukku, bukan
milikku. Kamu milik orang lain yang sedang membutuhkan teman untuk bicara. Kamu
milik orang lain yang hanya butuh pendengar ketika kamu mulai membicarakan
kekasihmu. Tapi malam ini ijinkan aku bersamanya untuk terakhir kali, ijinkan
aku memilikinya untuk malam terakhir yang semakin larut ini. Ijinkan kita menghabiskan
waktu bersamanya sebelum waktu yang tersisa benar-benar habis.
Untuk kekasih dari pria yang terlanjur kucintai,
maaf aku meminjam “milikmu” untuk beberapa menit di malam ini.
0 komentar:
Posting Komentar