Kamu. Iya, kamu. Si pria bertubuh raksasa berhati hello
kitty. Aku menulis ini dengan sebuah perasaan tak menentu. Sayang? Jangan
bilang ini sayang! Kamu selalu hadir di setiap atmosfer hari-hariku. Di setiap
waktu yang kian tak menentu. Kau anggap apa setiap percakapan manis yang
tercipta setiap malam-malamku selama
ini? Aku anggap apa? Istimewa tentunya!
Hai kamu si pria bertubuh raksasa! Bolehkah hari-hari lebih
lama lagi dan kamu tidak cepat-cepat pergi dari sini? Bisakah aku menunda waktu
lebih lama lagi dan kamu tetap ada di sampingku? Aku merindukan kamu yang dulu,
yang selalu menghubungiku dan setia menemaniku walaupun aku terus saja mengoceh
tentang hubunganku dengan mantanku dulu. Bukankah kita masih sama-sama bertahan
pada masa lalu?
Hai pria bertubuh raksasa. Bisakah kamu sedikit peka pada
setiap kejadian-kejadian kecil yang tercipta pada hari-harimu? Bisakah kamu
sedikit peka bahwa aku selalu terselubung oleh orang-orang yang kamu kagumi,
yang kamu sayangi.
Aku senang setiap mendengar bel istirahat berbunyi dan tak
sabar lagi untuk melangkahkan kakiku menuju kantin sekolah. Kamu selalu duduk
manis di “angkringan” dekat kantin sambil menyiapkan senyum termanismu setiap
aku lewat. Tanpa kata. Hanya senyum.
Hai pria bertubuh raksasa. Tahukah? Aku selalu senang dengan
saat-saat itu. Rasanya semua terjadi begitu saja. Indah. Tulus. Apa perasaanmu
setulus senyum yang selalu kamu berikan setiap aku melewati kantin sekolahan?
Kamu bilang sayang. Kamu bilang peduli. Tapi sikapmu seolah
tak pernah menunjukkan itu. Kemana kamu yang dulu yang setiap malamnya selalu
polos dengan mengirimkan pesan “Dek” untukku.
Apa semua KakakAdikan itu selalu berakhir miris? Entah.
Kalau kakak mau pergi, Adik harus nahan Kakak? Kalau Kakak masih sayang sama
mantan Kakak dan masih memperjuangkannya, Adik bakal marah? Kalau Kakak hanya
datang dan pergi terus sampai buat Adik bingung sama perasaan Kakak, Adik bakal
maksa Kakak buat terus di sini sama Adik? Gak Kak. Adik gak berhak sama itu
semua. Adik gak pernah benci sama orang-orang yang pernah Adik sayang selama
ini.
Dari si gadis pemimpi yang terlanjur mempunyai rasa untuk
kamu.
Dari si gadis kecil yang selalu tak mempunyai cara untuk
tidak gugup saat matamu menatap matanya.
Dari Adik yang selalu kamu beri harapan diam-diam di setiap
percakapan kecil yang kau ciptakan.
:’)
0 komentar:
Posting Komentar