Senin, 31 Desember 2012

Tulisan terakhir di tahun penuh kenangan, 2012.

Diposting oleh Diah Novianti di 01.01 0 komentar
Aku ingin mengingat kembali, mengingat semua yang pernah terjadi di tahun ini. Hai, aku ingat! Satu tahun penuh aku merelakan hatiku untuk diisi oleh kamu. Iya, kamu.
Masih bisakah kita kembali ke masa-masa itu? Masa dimana aku dan kamu masih menjadi kita. Masa dimana kita masih bisa merasakan hangatnya mentari bersama-sama. Masa dimana kita masih berada dalam satu atmosfer kehidupan yang sama. Tidak. Aku tahu semua yang berakhir tidak akan pernah kembali. I know. Aku hanya ingin mengingat semuanya.
Januari. Hhaha, betapa lucunya kita. Aku mempunyai pacar tapi memanggilmu dengan sebutan sayang. Apa aku salah? Perasaan datang begitu saja. Karmaku berjalan juga pada akhirnya.
Februari. Masih ingat dengan coklat berbentuk hati yang kamu berikan dalam rangka hari Valentine? It's so cute! Kamu memberikannya sebelum kamu berangkat ke Solo untuk mengikuti lomba. Terima kasih!
Maret. Hai, sms-mu yang panjang itu masih kusimpan! Masih ingat? Lucu sekali. Apa aku masih membuatmu menjadi bintang yang paling bahagia yang pernah ada?
April. Apa yang terjadi di bulan ini? Tunggu, aku masih mengingat. Iya, kita jadian! Iya jadian! Pacaran! 27 April 2012 di tangga escalator Hardy's Plaza. Betapa bahagianyaaaaaa. Masih inget "first time for us" ?
Mei. Selamat ulang tahun, Neptunus! Masih ingat sama pertanyaan ibumu, "mana cewenya?" "itu yang bawa kue tadi." Hahaha. Masih disimpan topi yang kubeli dengan cara menabung dengan belanja hanya 2 ribu sehari?
Juni. Apa yang harus kuceritakan di bulan ini? Semua berjalan begitu saja. Terasa indah. Kita berlibur di kota yang sama? Mwahaha XD
Juli. Aku diterima di Smansa! Iya! Dulu aku berharap banget dapat kelas X1-X4, biar kelas kita bisa deketan. Aku dapat X4! Kamu tahu betapa senangnya aku saat itu?
Agustus. Aku ingat saat kita pergi ke pasar malam rame-rame saat aku sedang tidak enak badan. Saat aku sedang di perjalanan, di seberang jalan aku melihatmu menggandeng seseorang menggunakan sepeda motor. Ya, masih kuingat. Pasti.
September. Tanggal 1 September 2012. Kamu main band di acara School Vaganza. Aku datang dari pagi sampai malam cuma buat nonton kamu main. Aku ingat sekali, hari itu hari terakhir aku memanggilmu sayang. I just remember this day. It's beautiful to have you, Neptune :')
Oktober. Apa lagi yang harus aku ceritakan di bulan-bulan selanjutnya? Aku merasa hidupku hampa. 2 Oktober 2012. Untuk pertama kalinya kudengar dan aku merasa memang hari itulah air mataku harus kuhabiskan. Bintang Satria Mahaputra is in a relationship with Karina Duta. 2 minggu. Thanks for hurt me! :')
November. Neptune, aku berulang tahun di bulan ini. Aku masih ingat saat kamu berkata "Selamat Ulang Tahun, Diah." saat aku sedang mengerjakan ulangan matematika di hari sabtu. Thanks! Aku masih ingat saat kamu gak bisa nelfon aku hanya untuk sekedar ngomong sama aku. Kamu tahu apa yang aku lakukan? Aku menangis tanpa suara dan melempar bantal sembarangan. Apa boleh aku minta kado terkahirku? Ngomong sama kamu itu udah lebih dari cukup.
Desember. Apa aku masih di sini? Apa kamu masih mau berjalan bersama kenangan? Kurasa tidak. Aku tahu kamu sudah bahagia dengan kehidupan barumu. Aku tahu kamu sudah tidak memerlukan aku lagi.

Hey, thanks for everything in this year! Now, it's just too late and we can go back. I'm sorry, I cant't be perfect :')

Untuk tulisan terakhirku di tahun ini, aku harap kamu membacanya.
Untuk seseorang yang masih ada di sini (baca:dihatiku)
Neptunus....

Rabu, 19 Desember 2012

Haruskah Agama Memisahkan Semua?

Diposting oleh Diah Novianti di 06.02 0 komentar
Apa yang kamu ketahui mengenai perbedaan agama? Seperti kata Dwitasari, perbedaan agama bukanlah penyebab seseorang menjadi tidak bisa menyatukan perasaannya dengan orang yang ia sayangi. Bukankah jika Tuhan telah menakdirkan "kita" bersama, manusia pun tak dapat untuk mengubahnya. Aku masih belum paham, mengapa perbedaan agama mengharuskan dua orang yang saling menyayangi untuk saling berpisah? Bukankah kita menyembah Tuhan yang sama? Bukankah Tuhan itu hanya satu? Hanya keyakinan kita yang berbeda. Aku masih belum paham, mengapa dua orang yang sudah ditakdirkan untuk bersama harus dipisahkan oleh orang-orang disekelilingnya hanya karena perbedaan agama. Bukankah mereka pantas merasakan cinta? Bukankah mereka juga berhak untuk mendapat kebahagiaan dengan caranya sendiri? Mereka bukan pasangan bodoh! Mereka memperjuangkan cinta mereka demi kebahagiaan satu sama lain. Mereka berbeda! Mereka punya cinta! Agama tidak harus memisahkan mereka! Bukankah semboyan negara Indonesia berbeda-beda tetapi tetap satu? Perbedaan agama, perbedaan agama, perbedaan agama. Perbedaan bukan segalanya yang harus diakhiri begitu saja. Perbedaan adalah sesuatu yang indah. Apakah harus semua yang berbeda dipisahkan begitu saja meski Tuhan sudah menakdirkan untuk bersama?
Untuk seseorang di sana. Yang selagi sholat di masjid sementara aku melakukan Tri Sandhya di pura. Berjuanglah, sayang. Kita tidak harus mengakhiri ini semua. Aku tahu kamu seseorang yang pantas kuperjuangkan. Kuatlah. Aku tahu ini akan berhasil! Kita berbeda dari siapapun (':

Minggu, 16 Desember 2012

Sosok itu... Harapan itu...

Diposting oleh Diah Novianti di 15.41 0 komentar
Seorang di sana, anak lelaki dengan postur tubuh yang biasa saja. Ia suka bermain futsal, tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek. Aku menyukainya, anaknya sopan dan enak diajak bicara. Ya, dialah malaikat pembawa kebahagiaan baruku! Menghiburku dalam kesedihanku yang mendalam. Diam-diam ia datang, menjelma menjadi sosok yang aku butuhkan. Aku senang berkenalan denganmu. Aku senang kamu bisa merubah hidupku yang bisa kubilang sudah tidak berkembang lagi. Ya, hidupku memang sudah tidak berkembang lagi akhir-akhir ini. Hanya ada berliter-liter air mata yang memenuhi setiap hariku. Aku rindu sosok kebahagiaan dan kamu membawanya. Hai, aku ingin mengucapkan terima kasih untuk kamu yang selalu menghiburku. Yang selalu menemaniku. Terima kasih! (:


* Untuk kamu yang belum siap kusebutkan namanya, terima kasih! (':

Selasa, 11 Desember 2012

Aku ingin menuliskan sesuatu tentangmu (':

Diposting oleh Diah Novianti di 19.43 0 komentar

Aku ingin menulis sesuatu tentangmu. Tentang kita dulu. Aku ingin mengingat sekali lagi, iya sekali lagi sebelum semuanya benar-benar aku lupakan. Aku mengenal laki-laki itu dulu sekali, saat aku berusia kira-kira 13 tahun, saat aku baru memasuki kelas 2 SMP. Namanya indah, cerah, secerah tingkahnya. Aku suka memperhatikannya, ia periang dan humoris. Benar-benar mengagumkan bagiku! Perkenalanku di mulai saat aku berada di aula sekolah dulu, saat aku dan kelompokku mengerjakan tugas IPS tentang drama perjuangan. Ia meminta nomor handphone-ku. Lama-kelamaan aku mulai menyukai sikapnya, anaknya ramah dan enak diajak bicara. Ia sudah memiliki pacar, seorang perempuan anak kelas sebelahku. Wajahnya cantik dan pintar. Tapi entah kenapa lelaki itu malah membantuku mencarikan sosok pacar. Ia berusaha mendekatkan aku pada anak yang seangkatan juga denganku. Aku berterima kasih kepadanya, sungguh berterima kasih. Tapi mulai dari sanalah aku dekat, sangat dekat. Hari demi hariku mulai mengalami perubahan. Ada sebuah perasaan yang muncul, aku ragu akan perasaan itu. Apakah itu sayang? Apakah itu cinta? Atau hanya sekedar suka? Entahlah. Sampai akhirnya ia mengatakan kepadaku kalau ia menyukaiku. Aku semakin dekat dengannya. Tapi, semakin hari aku merasa semakin bersalah, pada pacarku dan pacarnya. Tanpa ada yang tahu bahwa aku dekat dengannya karena kita hanya sekedar saling bertukar cerita saja. Aku tahu semuanya, tentang pacarnya yang kurang memperhatikan dirinya, tentang selingkuhan-selingkuhannya, tentang perasaannya. Itu juga yang menyebabkan aku dan pacarnya bertengkar, karna aku dianggap sebagai penghancur hubungannya. Aku terima, aku tak peduli. Aku menjauhi lelaki itu untuk beberapa waktu. Hubunganku dengannya kembali dekat, namun semua itu tak sesuai dugaanku. Ia meninggalkanku dan berpacaran dengan adik kelas yang semula dekat denganku, dan saat itu juga aku dan adik kelas itu menjauh. Baru dua minggu berjalan, dia dan adik kelas itu putus. Aku kembali dekat dengannya, sebulan. Aku ingat sekali. Sampai akhirnya ia melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Dia meninggalkanku, lagi. Dia kembali berhubungan dengan adik kelas itu. Hubungannya hanya bertahan 4 bulan. Entah mengapa aku dekat kembali dengannya, karena dia selalu mencurahkan tentang perasaannya kepadaku. Aku mencoba mengerti, mencoba memahami. Aku tahu ada seorang perempuan juga, yang dulunya sekelas denganku saat kelas 8, ia dekat dengan lelaki itu. Aku pasrah. Aku dekat dengannya lama sekali, aku merasa hubunganku dengannya digantung begitu saja. Sampai akhirnya ia benar-benar menjadi milikku saat kami berdua telah selesai berhadapan dengan Ujian Akhir Nasional. Aku benar-benar bahagia, sangat bahagia! Entah mengapa hubunganku mulai berubah. Sejak SMA aku mulai mendengar berita-berita tentangnya dan juga temanku itu. Aku mencoba mencari tahu. Tapi bukan kebenaran berita itu yang aku dapat. Dia mengatakan bahwa orang tuanya tak setuju akan hubungan kita. Aku terkejut. Aku menangis. Aku ingin marah. Aku benci. Aku dendam. Hubunganku dan dia benar-benar berakhir pada malam hari seusai aku menemani dan menonton ia bermain bersama band-nya. Aku mencoba kuat. Aku tahu aku bisa walau tanpa dia. Belum sebulan setelah hubungan kami berakhir, aku mendengar ia sudah menjalin hubungan dengan temanku itu. Iya, (mantan) teman yang sekelas denganku sewaktu kelas 8! Yang dulu dekat denganku, yang selalu melakukan kegiatan bersama-sama denganku! Aku shock! Setega itukah mereka? Selama ini apa mereka terlalu munafik dengan perasaan mereka masing-masing? Apa mereka terlalu malu untuk mengakui hubungannya di depanku? Hai, aku bukan mainanmu yang bisa kau buang begitu saja! Aku butuh waktu untuk ini semua, bukan malah menghancurkanku seperti ini! Lelaki itu biadab, benar-benar biadab! Ia mendekatiku lagi karena aku merasa bahwa kita dua orang yang masih belum lepas dari kenangan. Pacarnya yang juga (mantan) temanku itu mengetahui kedekatan kita. Ia marah kepadaku dan lelaki itu juga marah kepadaku. Apa ini semua memang murni salahku seorang? Aku membela lelaki itu dengan mengatakan kepada pacarnya bahwa aku yang mendekatinya lagi, aku yang memulai komunikasi dengan lelaki itu. Aku membelanya demi hubungan mereka! Aku merelakan perasaan dan harga diriku untuk kamu, lelaki yang tak pantas aku perjuangankan lagi! Kamu, sudah puaskah? Aku senang bisa mengorbankan perasaanku untuk terakhir kalinya, Bintang.


* Untuk kamu, lelaki yang selama ini telah menjadi bagian dari hidupku.
   Yang sudah membawa tawa dan menorehkan luka yang cukup dalam kepadaku.
   Yang sudah bersedia pernah menjadikanku sebagai bagian dari hidupmu.
   Yang pernah menyayangiku tulus, aku ingin berterima kasih kepadamu.
   Komang Bintang Satria Mahaputra.

Lagi pengen nulis pake kata-katanya Dwitasari (':

Diposting oleh Diah Novianti di 05.08 0 komentar
Pernah jatuh cinta? Pernah. Pernah merasakan sakit saat jatuh cinta? Tentu. Namanya jatuh pasti akan ada yang terluka dan berdarah. Adakah seseorang yang mampu mendefinisikan cinta sehingga dengan bodohnya cinta bisa menjadi penyebab dari penyatuan pihak yang berbeda? Bagaimana cinta dengan idiotnya menjadikan seseorang menjadi liar dan harus melawan arus, melanggar, bahkan mengabaikan norma sekalipun adalah ganjil? Apakah bisa disebut cinta jika dari awal mereka begitu bahagia, merengkuh tapak demi tapak bersama-sama, tapi di tengah perjalanan mereka patah arah dan berpisah? Banyak orang yang mengatakan bahwa jodoh tak akan ke mana, bahwa jodoh akan dipertemukan kembali setelah perpisahan terjadi. Apakah semua peristiwa yang terkesan tolol bisa disebut dengan jodoh? Semua yang berpisah akan menghilang. Segalanya yang telah hilang memang selalu dirindukan. Segalanya. Bahkan cinta. Apakah seseorang yang telah disakiti berkali-kali oleh cinta percaya akan kehadirannya? Percaya! Jemari Tuhan bukan bekerja lambat pada kehidupanmu yang sedang dirundung masalah, kamu hanya belum terlalu paham tentang rencana besar-Nya di dalam kehidupanmu. Tuhan tak berjanji untuk menyelamatkan manusia dari badai, tapi Dia berjanji tetap bersama makhluk kecintaanNya saat melewati dan menerjang badai. Kesalahan terbesar manusia adalah saat ia tak bisa memilih hal-hal yang patut diperjuangkan dan juga pantas untuk ditinggalkan. Hai, temukan seseorang yang selalu ada dalam tangis dan tawamu :)


*Kata-kata di atas diambil dari beberapa kalimat pada novel Raksasa dari Jogja
  Novel yang begitu menyentuh perasaan, yang begitu indah.
  Dwitasari, teruslah berkarya :)

Senin, 10 Desember 2012

Inikah Namanya, Pengorbanan?

Diposting oleh Diah Novianti di 06.14 0 komentar

Tara menatap layar laptopnya. Menyelesaikan tugas-tugas yang belum ia selesaikan pada semester ini. Aneh. Seusai ulangan umum tugas memang malah bertambah banyak. Tara merasa bosan, sesekali ia memandang ke jejaring sosial yang ia buka. Tara memperhatikan news feed hari ini dari facebooknya. Ia merasa tak tertarik sama sekali. Ia melihat ke sisi facebook lainnya, sampai akhirnya ia menyipitkan matanya pada suatu emoticon love di ujung kanan facebook. Bagaskara Mahaputra is in a relationship with Karina Ananda. Tara membekap mulutnya. Ia terhenyak. Menangis tanpa suara.
***
Hari ini hari pertama Tara di semester 2. Pengumuman tentang pembagian kelas sudah ditempel di papan pengumuman. Semua anak berdesakan untuk melihat pembagian kelas itu. Suasana di aula hari ini benar-benar semrawut. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Tara menatap orang-orang yang berlalu-lalang di aula, menyenangkan sekali. Entahlah, ia memang senang memandang orang berlalu-lalang seperti itu. Matanya tertuju pada sudut aula. Saat itu juga Tara merasa sesak. Lukanya kembali terbuka. Bagas dan Karina. Dua orang itu, yang katanya sahabat ternyata menusuk hatinya. Mengoyak hingga tak berbekas. Tara diam, masih mematung di tempatnya. Bayang-bayang pikirannya kembali lagi ke masa lalu. Saat ia dan Bagas masih bersatu, melakukan sesuatu bersama-sama. Ah, menyenangkan! Muncul juga wajah Karina, teman sekelasnya sewaktu SMP. Mereka pergi kemana-mana bersama, melakukan kegiatan di kelas bersama. Wajah Karina dan Bagas silih berganti memenuhi ruang otak Tara. Tara merasa semakin sesak, semakin sakit. Bagas dan Karina. Dua orang itu, penghancur kegelapan malamnya.
“Hoiiiii.. Sendirian aja lo!”
Tara tersentak. Dilihatnya Nia sudah berada di sampingnya. “Eh, ngagetin aja sih lo! Ngapain kesini? Ngehibur gue? Hahaha!”
“Murung terus sih! Udah biarin aja, mending happy-happy sama gue. Enak banget ngelamunnya sampai gak nyadar gue udah ada di samping lo dari tadi.”
“Eh, udah ah, mending ke kantin yuk, Nia!”
“Ayok!”
***
Sekali lagi Tara merasa kesepian mencekam malamnya. Ia bosan juga kalau harus begini terus. Nia sedang keluar bersama pacarnya. Tak mungkin kalau ia harus mengikuti Nia terus. Handphone Tara bergetar, saat itu juga langsung dilihatnya pesan yang masuk. Bagas. Nama itu yang tertera di layar handphonenya. Tara mengerenyutkan dahinya. Untuk apa Bagas kembali menghubunginya walau hanya sekedar pesan singkat. Tara tak tahu jawabannya. Segera saja ia membuka pesan yang masuk dari Bagas.
Selamat malam, Tara.
Tara bingung. Untuk apa mantan kekasihnya itu menghubunginya lagi. Apakah ia hanya sekedar pelampiasan saja karena Bagas sedan bertengkar dengan Karina? Tara tak tahu. Tara hanya membalas pesan itu singkat. Malam semakin larut, percakapan meeka semakin melunak. Tara merasa bahagia. Iya benar, sangat merasa bahagia. Tara menatap langit, bintang bersinar dengan terangnya. Bulan tersenyum dengan manisnya. Tara tersenyum. Ia merindukan saat-saat itu lagi. Kenangan memang tak bisa pergi dari hidupnya. Tara, seseorang yang masih rela dipermainkan kenangan, yang masih rela berlari bersama kenangan.
***
Bagas menatapnya diam-diam. Tara tahu itu. Ia merasa sakit hatinya kembali terbuka. Mengapa harus diam-diam? Apa Tuhan menciptakan segala sesuatu untuknya memang harus dengan diam-diam seperti ini? Hati Tara merasa pilu. Bagas, sosok itu memang tak pernah bisa lepas dari atmosfer otaknya. Ia pernah merasa bahagia dengan Bagas. Dulu sekali. Tara merasa ia tak bisa terus begini. Ia harus pergi dari hidup Bagas. Bagas juga sudah bersama kehidupan barunya. Tara sadar, tak selamanya ia bisa terus begini. Ia harus terus maju dan bukan terpaku pada masa lalu.
Malam itu Bagas kembali lagi mengirimi pesan singkat untuk Tara. Hari ini berbeda. Bagas tak lagi menunjukkan sikapnya yang dulu. Bagas bertengkar dengan Karina. Semua itu karena semua pesan singkat Bagas kepadanya telah diketahui oleh Karina. Karina marah kepadaku, begitu juga Bagas. Aku merasa terpojokkan. Apa semua ini murni salahku? Apa memang Bagas merasa selama ini aku orang yang pantas disembunyikan? Tara menangis, untuk yang kesekian kalinya. Tara yakin akan keputusannya. Pergi. Pergi dari kehidupan mereka berdua. Bahkan ketika mereka bertengkar, Tara tak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Karina. Ia berkata bohong demi melindungi orang yang selama ini ia sayangi, Bagas. Apa Bagas tahu? Apa Bagas paham semua pengorbanannya? Tara menangis tanpa suara, terlalu sakit, dan terlalu perih. Tara mengorbankan perasaan dan harga dirinya hari itu juga. Apa itu berarti, Bagas?
***

Just posted my feelings ~

Diposting oleh Diah Novianti di 06.05 0 komentar
Entah deh ya apa yang aku rasain karang. Marah, kesel, sedih, kecewa! Pengen teriak, pengen marah, pengen nangis. Duh! Semua orang sibuk ya sama kegiatannya masing-masing. Seolah-olah gak ada yang merhatiin aku di sini. Diem dan banyak masalah.
Heran, semua masalah yang aku hadapi karang seolah semua salah aku. Hai kamu, belum puas juga ya ngasi penderitaan ke aku? Sadar gak sih seberapa banyak penderitaan yang kamu kasi ke aku :') bahkan saat kamu terus ngasi masalah ke hidup aku, aku tetep pertahanin perasaan ini. Ya, perasaan aku ke kamu! Sadarkah? Oh, tentu tidak.
Hai, tahukah pengorbananku di belakangmu? Aku mengaku salah ke seseorang yang mungkin sangat berarti bagimu. Aku melindungimu. Aku melindungi hubunganmu. Tahukah? 
Ini memang lagi jaman kali ya banyak masalah gini, pengen banget rasanya ke atmosfer kehidupan orang lain yang lebih baik dari aku -_- . Pengen deh gak kenal sama kalian lagi. Woi, lo udah gue delcont, udah gue benci!
Dan, emm, satu lagi. Kakak, peka dikit dong plisssss. Ini akunya ngfans banget loh sama Kakak!!! Kece banget deh sumveh! Kakak Raksasa, aku lagi berusaha nih :p *eaaaa. Coba aja kalo aku suka sama kakaknya dia, pasti uda direspon. Abis kakak sama adik beda sifat banget sih .-. Yang kakak mikirin cinta banget, adiknya cuek abissssss. Sayangnya gue suka sama adiknya, huhu T.T
Kakaknya udah tau aku, azz. Ngeselin sih, iya bener, ngeselin banget! Tapi syukur juga sih udah ditauin, siapa tau bisa jodoh ke depannya. Ciaileeee :ppp . Biasa deh aku itu emang orang yang "ngarep"-nya kebangetan -__- plis deh Diah! Menurut gue sih tuh Kakak responnya biasa-biasa aja. Flat! Abis pinter banget nyembunyiin perasaan gitu. Yahhhh.
Udah deh, perasaan gue gak bisa didefinisikan dengan kata-kata. Kacau! -___-

Minggu, 09 Desember 2012

Sebuah pengorbanan... (':

Diposting oleh Diah Novianti di 22.48 0 komentar
Pengorbanan itu perlu. Setiap orang pasti pernah melakukan pengorbanan untuk sesuatu. Mengorbankan waktunya untuk seseorang yang ia sayangi, misalnya. Pengorbanan bukan dilihat dari bagaimana kamu melakukan sesuatu, tetapi bagaimana hasil dari sesuatu yang kamu lakukan. Percayalah, mengorbankan itu memang terkadang menyakitkan. Namun, semua pengorbanan tentu untuk suatu kebaikan.
Semua orang pernah berkorban untuk seseorang yang disayangi. Aku tak mengerti, mengapa seseorang kadang  melakukan pengorbanan itu secara cuma-cuma. Apa yang ia dapatkan? Entahlah, sakit hati, mungkin. Aku tak begitu banyak mengetahui tentang arti pengorbanan sepenuhnya. Sampai aku terbawa ke ruang waktu yang membuatku mengerti. Ruang waktu yang berbeda dari kehidupan realitaku seperti biasa. Aku terjepit diantara dua pilihan, jujur atau berbohong. Aku memilih berbohong. Hai, tahukah karena apa aku berbohong? Untuk melindungi seseorang yang sangat kusayangi. Yang masih hidup dalam kenangan.
Kamu yang di sana, yang masih kulihat, diam-diam. Yang masih kupeluk dalam doa. Aku mengorbankan sesuatu untukmu. Sesuatu yang mungkin kau sendiri masih bingung memberikannya pada siapa. Sesuatu yang semu bagimu. Sesuatu yang bisa dengan mudahnya kau permainkan. Sesuatu yang mudah saja kau putar balikkan.  Aku mengorbankan perasaanku. Apa itu berarti? :')


*Untuk seseorang yang namanya masih kusebut dalam doa tidurku setiap malam...
  Aku senang berkorban untukmu. 

Siapa aku?

Diposting oleh Diah Novianti di 01.34 0 komentar
Aku, orang yang menyayangimu. Orang yang mencintaimu. Orang yang meneguhkan hatinya untukmu. Aku, orang yang paling sering kau sakiti. Orang yang paling sering kau jatuhkan. Orang yang paling sering kau hempaskan. 
Tahukah? Hati yang terkoyak ini, tak mampu lagi menampung semua perasaan. Bahkan, ketika kamu telah bersama kehidupan barumu, aku tetap tersenyum. 
Inikah kita yang dulu? Yang sudah berubah menjadi aku dan kamu. Inikah namanya berteman? Tidak. Aku rasa kita hanya dua orang yang sama-sama masih dipermainkan kenangan. Hentikan. Aku ingin pergi. Menjauh dari kehidupan mimpi kita. Akankah sama perasaan kita nanti? Hai, aku sudah terlalu sering mengorbankan perasaanku untukmu. Perasaan ini bahkan sudah sangat tak berbentuk.
Izinkan aku, mengorbankan perasaanku untuk terakhir kalinya. Karna aku ingin berguna bagimu. Untuk terakhir kalinya.

* Untuk kamu yang mungkin suatu saat akan membaca tulisan ini. Selamat berjuang! :')
   Selamat tinggal... 

Jumat, 07 Desember 2012

Siapa penyebab tangisku setiap malam? Kamu.

Diposting oleh Diah Novianti di 06.48 0 komentar
Ketika matahari tak menampakkan wajahnya dan langit cerah berganti dengan pemandangan bintang-bintang yang berkilau. Di ujung sana, terdengar suara. Lirih hingga tak terdengar. Seorang di sana, membekap mulutnya, menangis tanpa suara. Ia terluka. Semakin dalam, semakin perih. Tegores hingga meninggalkan bekas yang cukup dalam. Ia menangis tanpa suara, seolah tidak ada yang bisa mengerti apa yang ia rasakan. Tidak ada kata-kata yang mampu mendefinisikan perasaannya. Sampai suatu saat, tangisnya terdengar, semakin keras. Seberat apakah masalahnya? Sesakit apakah yang ia rasakan? Sehancur apakah hatinya? Ia menatap nanar dua orang di seberangnya. Sepasang kekasih. Mengapa ia menatap dua orang itu? Dua orang di sana, penghancur hatinya, penghianat dalam kegelapan. Sepasang kekasih di sana, membuatnya menangis, membuatnya terluka. Hai kamu, lihatlah dia, menangis untukmu. Meneguhkan hatinya untukmu. Bahkan ketika kamu meninggalkannya dan berpaling kepada wanita lain, ia masih mau melihatmu. Siapa wanita itu? Siapa orang yang melihatmu diam-diam sambil menangis? Aku.

* Untuk seseorang yang sangat berarti, yang siap aku lupakan. Siapkah kamu? (:

Senin, 31 Desember 2012

Tulisan terakhir di tahun penuh kenangan, 2012.

Diposting oleh Diah Novianti di 01.01 0 komentar
Aku ingin mengingat kembali, mengingat semua yang pernah terjadi di tahun ini. Hai, aku ingat! Satu tahun penuh aku merelakan hatiku untuk diisi oleh kamu. Iya, kamu.
Masih bisakah kita kembali ke masa-masa itu? Masa dimana aku dan kamu masih menjadi kita. Masa dimana kita masih bisa merasakan hangatnya mentari bersama-sama. Masa dimana kita masih berada dalam satu atmosfer kehidupan yang sama. Tidak. Aku tahu semua yang berakhir tidak akan pernah kembali. I know. Aku hanya ingin mengingat semuanya.
Januari. Hhaha, betapa lucunya kita. Aku mempunyai pacar tapi memanggilmu dengan sebutan sayang. Apa aku salah? Perasaan datang begitu saja. Karmaku berjalan juga pada akhirnya.
Februari. Masih ingat dengan coklat berbentuk hati yang kamu berikan dalam rangka hari Valentine? It's so cute! Kamu memberikannya sebelum kamu berangkat ke Solo untuk mengikuti lomba. Terima kasih!
Maret. Hai, sms-mu yang panjang itu masih kusimpan! Masih ingat? Lucu sekali. Apa aku masih membuatmu menjadi bintang yang paling bahagia yang pernah ada?
April. Apa yang terjadi di bulan ini? Tunggu, aku masih mengingat. Iya, kita jadian! Iya jadian! Pacaran! 27 April 2012 di tangga escalator Hardy's Plaza. Betapa bahagianyaaaaaa. Masih inget "first time for us" ?
Mei. Selamat ulang tahun, Neptunus! Masih ingat sama pertanyaan ibumu, "mana cewenya?" "itu yang bawa kue tadi." Hahaha. Masih disimpan topi yang kubeli dengan cara menabung dengan belanja hanya 2 ribu sehari?
Juni. Apa yang harus kuceritakan di bulan ini? Semua berjalan begitu saja. Terasa indah. Kita berlibur di kota yang sama? Mwahaha XD
Juli. Aku diterima di Smansa! Iya! Dulu aku berharap banget dapat kelas X1-X4, biar kelas kita bisa deketan. Aku dapat X4! Kamu tahu betapa senangnya aku saat itu?
Agustus. Aku ingat saat kita pergi ke pasar malam rame-rame saat aku sedang tidak enak badan. Saat aku sedang di perjalanan, di seberang jalan aku melihatmu menggandeng seseorang menggunakan sepeda motor. Ya, masih kuingat. Pasti.
September. Tanggal 1 September 2012. Kamu main band di acara School Vaganza. Aku datang dari pagi sampai malam cuma buat nonton kamu main. Aku ingat sekali, hari itu hari terakhir aku memanggilmu sayang. I just remember this day. It's beautiful to have you, Neptune :')
Oktober. Apa lagi yang harus aku ceritakan di bulan-bulan selanjutnya? Aku merasa hidupku hampa. 2 Oktober 2012. Untuk pertama kalinya kudengar dan aku merasa memang hari itulah air mataku harus kuhabiskan. Bintang Satria Mahaputra is in a relationship with Karina Duta. 2 minggu. Thanks for hurt me! :')
November. Neptune, aku berulang tahun di bulan ini. Aku masih ingat saat kamu berkata "Selamat Ulang Tahun, Diah." saat aku sedang mengerjakan ulangan matematika di hari sabtu. Thanks! Aku masih ingat saat kamu gak bisa nelfon aku hanya untuk sekedar ngomong sama aku. Kamu tahu apa yang aku lakukan? Aku menangis tanpa suara dan melempar bantal sembarangan. Apa boleh aku minta kado terkahirku? Ngomong sama kamu itu udah lebih dari cukup.
Desember. Apa aku masih di sini? Apa kamu masih mau berjalan bersama kenangan? Kurasa tidak. Aku tahu kamu sudah bahagia dengan kehidupan barumu. Aku tahu kamu sudah tidak memerlukan aku lagi.

Hey, thanks for everything in this year! Now, it's just too late and we can go back. I'm sorry, I cant't be perfect :')

Untuk tulisan terakhirku di tahun ini, aku harap kamu membacanya.
Untuk seseorang yang masih ada di sini (baca:dihatiku)
Neptunus....

Rabu, 19 Desember 2012

Haruskah Agama Memisahkan Semua?

Diposting oleh Diah Novianti di 06.02 0 komentar
Apa yang kamu ketahui mengenai perbedaan agama? Seperti kata Dwitasari, perbedaan agama bukanlah penyebab seseorang menjadi tidak bisa menyatukan perasaannya dengan orang yang ia sayangi. Bukankah jika Tuhan telah menakdirkan "kita" bersama, manusia pun tak dapat untuk mengubahnya. Aku masih belum paham, mengapa perbedaan agama mengharuskan dua orang yang saling menyayangi untuk saling berpisah? Bukankah kita menyembah Tuhan yang sama? Bukankah Tuhan itu hanya satu? Hanya keyakinan kita yang berbeda. Aku masih belum paham, mengapa dua orang yang sudah ditakdirkan untuk bersama harus dipisahkan oleh orang-orang disekelilingnya hanya karena perbedaan agama. Bukankah mereka pantas merasakan cinta? Bukankah mereka juga berhak untuk mendapat kebahagiaan dengan caranya sendiri? Mereka bukan pasangan bodoh! Mereka memperjuangkan cinta mereka demi kebahagiaan satu sama lain. Mereka berbeda! Mereka punya cinta! Agama tidak harus memisahkan mereka! Bukankah semboyan negara Indonesia berbeda-beda tetapi tetap satu? Perbedaan agama, perbedaan agama, perbedaan agama. Perbedaan bukan segalanya yang harus diakhiri begitu saja. Perbedaan adalah sesuatu yang indah. Apakah harus semua yang berbeda dipisahkan begitu saja meski Tuhan sudah menakdirkan untuk bersama?
Untuk seseorang di sana. Yang selagi sholat di masjid sementara aku melakukan Tri Sandhya di pura. Berjuanglah, sayang. Kita tidak harus mengakhiri ini semua. Aku tahu kamu seseorang yang pantas kuperjuangkan. Kuatlah. Aku tahu ini akan berhasil! Kita berbeda dari siapapun (':

Minggu, 16 Desember 2012

Sosok itu... Harapan itu...

Diposting oleh Diah Novianti di 15.41 0 komentar
Seorang di sana, anak lelaki dengan postur tubuh yang biasa saja. Ia suka bermain futsal, tidak terlalu tinggi dan juga tidak terlalu pendek. Aku menyukainya, anaknya sopan dan enak diajak bicara. Ya, dialah malaikat pembawa kebahagiaan baruku! Menghiburku dalam kesedihanku yang mendalam. Diam-diam ia datang, menjelma menjadi sosok yang aku butuhkan. Aku senang berkenalan denganmu. Aku senang kamu bisa merubah hidupku yang bisa kubilang sudah tidak berkembang lagi. Ya, hidupku memang sudah tidak berkembang lagi akhir-akhir ini. Hanya ada berliter-liter air mata yang memenuhi setiap hariku. Aku rindu sosok kebahagiaan dan kamu membawanya. Hai, aku ingin mengucapkan terima kasih untuk kamu yang selalu menghiburku. Yang selalu menemaniku. Terima kasih! (:


* Untuk kamu yang belum siap kusebutkan namanya, terima kasih! (':

Selasa, 11 Desember 2012

Aku ingin menuliskan sesuatu tentangmu (':

Diposting oleh Diah Novianti di 19.43 0 komentar

Aku ingin menulis sesuatu tentangmu. Tentang kita dulu. Aku ingin mengingat sekali lagi, iya sekali lagi sebelum semuanya benar-benar aku lupakan. Aku mengenal laki-laki itu dulu sekali, saat aku berusia kira-kira 13 tahun, saat aku baru memasuki kelas 2 SMP. Namanya indah, cerah, secerah tingkahnya. Aku suka memperhatikannya, ia periang dan humoris. Benar-benar mengagumkan bagiku! Perkenalanku di mulai saat aku berada di aula sekolah dulu, saat aku dan kelompokku mengerjakan tugas IPS tentang drama perjuangan. Ia meminta nomor handphone-ku. Lama-kelamaan aku mulai menyukai sikapnya, anaknya ramah dan enak diajak bicara. Ia sudah memiliki pacar, seorang perempuan anak kelas sebelahku. Wajahnya cantik dan pintar. Tapi entah kenapa lelaki itu malah membantuku mencarikan sosok pacar. Ia berusaha mendekatkan aku pada anak yang seangkatan juga denganku. Aku berterima kasih kepadanya, sungguh berterima kasih. Tapi mulai dari sanalah aku dekat, sangat dekat. Hari demi hariku mulai mengalami perubahan. Ada sebuah perasaan yang muncul, aku ragu akan perasaan itu. Apakah itu sayang? Apakah itu cinta? Atau hanya sekedar suka? Entahlah. Sampai akhirnya ia mengatakan kepadaku kalau ia menyukaiku. Aku semakin dekat dengannya. Tapi, semakin hari aku merasa semakin bersalah, pada pacarku dan pacarnya. Tanpa ada yang tahu bahwa aku dekat dengannya karena kita hanya sekedar saling bertukar cerita saja. Aku tahu semuanya, tentang pacarnya yang kurang memperhatikan dirinya, tentang selingkuhan-selingkuhannya, tentang perasaannya. Itu juga yang menyebabkan aku dan pacarnya bertengkar, karna aku dianggap sebagai penghancur hubungannya. Aku terima, aku tak peduli. Aku menjauhi lelaki itu untuk beberapa waktu. Hubunganku dengannya kembali dekat, namun semua itu tak sesuai dugaanku. Ia meninggalkanku dan berpacaran dengan adik kelas yang semula dekat denganku, dan saat itu juga aku dan adik kelas itu menjauh. Baru dua minggu berjalan, dia dan adik kelas itu putus. Aku kembali dekat dengannya, sebulan. Aku ingat sekali. Sampai akhirnya ia melakukan kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Dia meninggalkanku, lagi. Dia kembali berhubungan dengan adik kelas itu. Hubungannya hanya bertahan 4 bulan. Entah mengapa aku dekat kembali dengannya, karena dia selalu mencurahkan tentang perasaannya kepadaku. Aku mencoba mengerti, mencoba memahami. Aku tahu ada seorang perempuan juga, yang dulunya sekelas denganku saat kelas 8, ia dekat dengan lelaki itu. Aku pasrah. Aku dekat dengannya lama sekali, aku merasa hubunganku dengannya digantung begitu saja. Sampai akhirnya ia benar-benar menjadi milikku saat kami berdua telah selesai berhadapan dengan Ujian Akhir Nasional. Aku benar-benar bahagia, sangat bahagia! Entah mengapa hubunganku mulai berubah. Sejak SMA aku mulai mendengar berita-berita tentangnya dan juga temanku itu. Aku mencoba mencari tahu. Tapi bukan kebenaran berita itu yang aku dapat. Dia mengatakan bahwa orang tuanya tak setuju akan hubungan kita. Aku terkejut. Aku menangis. Aku ingin marah. Aku benci. Aku dendam. Hubunganku dan dia benar-benar berakhir pada malam hari seusai aku menemani dan menonton ia bermain bersama band-nya. Aku mencoba kuat. Aku tahu aku bisa walau tanpa dia. Belum sebulan setelah hubungan kami berakhir, aku mendengar ia sudah menjalin hubungan dengan temanku itu. Iya, (mantan) teman yang sekelas denganku sewaktu kelas 8! Yang dulu dekat denganku, yang selalu melakukan kegiatan bersama-sama denganku! Aku shock! Setega itukah mereka? Selama ini apa mereka terlalu munafik dengan perasaan mereka masing-masing? Apa mereka terlalu malu untuk mengakui hubungannya di depanku? Hai, aku bukan mainanmu yang bisa kau buang begitu saja! Aku butuh waktu untuk ini semua, bukan malah menghancurkanku seperti ini! Lelaki itu biadab, benar-benar biadab! Ia mendekatiku lagi karena aku merasa bahwa kita dua orang yang masih belum lepas dari kenangan. Pacarnya yang juga (mantan) temanku itu mengetahui kedekatan kita. Ia marah kepadaku dan lelaki itu juga marah kepadaku. Apa ini semua memang murni salahku seorang? Aku membela lelaki itu dengan mengatakan kepada pacarnya bahwa aku yang mendekatinya lagi, aku yang memulai komunikasi dengan lelaki itu. Aku membelanya demi hubungan mereka! Aku merelakan perasaan dan harga diriku untuk kamu, lelaki yang tak pantas aku perjuangankan lagi! Kamu, sudah puaskah? Aku senang bisa mengorbankan perasaanku untuk terakhir kalinya, Bintang.


* Untuk kamu, lelaki yang selama ini telah menjadi bagian dari hidupku.
   Yang sudah membawa tawa dan menorehkan luka yang cukup dalam kepadaku.
   Yang sudah bersedia pernah menjadikanku sebagai bagian dari hidupmu.
   Yang pernah menyayangiku tulus, aku ingin berterima kasih kepadamu.
   Komang Bintang Satria Mahaputra.

Lagi pengen nulis pake kata-katanya Dwitasari (':

Diposting oleh Diah Novianti di 05.08 0 komentar
Pernah jatuh cinta? Pernah. Pernah merasakan sakit saat jatuh cinta? Tentu. Namanya jatuh pasti akan ada yang terluka dan berdarah. Adakah seseorang yang mampu mendefinisikan cinta sehingga dengan bodohnya cinta bisa menjadi penyebab dari penyatuan pihak yang berbeda? Bagaimana cinta dengan idiotnya menjadikan seseorang menjadi liar dan harus melawan arus, melanggar, bahkan mengabaikan norma sekalipun adalah ganjil? Apakah bisa disebut cinta jika dari awal mereka begitu bahagia, merengkuh tapak demi tapak bersama-sama, tapi di tengah perjalanan mereka patah arah dan berpisah? Banyak orang yang mengatakan bahwa jodoh tak akan ke mana, bahwa jodoh akan dipertemukan kembali setelah perpisahan terjadi. Apakah semua peristiwa yang terkesan tolol bisa disebut dengan jodoh? Semua yang berpisah akan menghilang. Segalanya yang telah hilang memang selalu dirindukan. Segalanya. Bahkan cinta. Apakah seseorang yang telah disakiti berkali-kali oleh cinta percaya akan kehadirannya? Percaya! Jemari Tuhan bukan bekerja lambat pada kehidupanmu yang sedang dirundung masalah, kamu hanya belum terlalu paham tentang rencana besar-Nya di dalam kehidupanmu. Tuhan tak berjanji untuk menyelamatkan manusia dari badai, tapi Dia berjanji tetap bersama makhluk kecintaanNya saat melewati dan menerjang badai. Kesalahan terbesar manusia adalah saat ia tak bisa memilih hal-hal yang patut diperjuangkan dan juga pantas untuk ditinggalkan. Hai, temukan seseorang yang selalu ada dalam tangis dan tawamu :)


*Kata-kata di atas diambil dari beberapa kalimat pada novel Raksasa dari Jogja
  Novel yang begitu menyentuh perasaan, yang begitu indah.
  Dwitasari, teruslah berkarya :)

Senin, 10 Desember 2012

Inikah Namanya, Pengorbanan?

Diposting oleh Diah Novianti di 06.14 0 komentar

Tara menatap layar laptopnya. Menyelesaikan tugas-tugas yang belum ia selesaikan pada semester ini. Aneh. Seusai ulangan umum tugas memang malah bertambah banyak. Tara merasa bosan, sesekali ia memandang ke jejaring sosial yang ia buka. Tara memperhatikan news feed hari ini dari facebooknya. Ia merasa tak tertarik sama sekali. Ia melihat ke sisi facebook lainnya, sampai akhirnya ia menyipitkan matanya pada suatu emoticon love di ujung kanan facebook. Bagaskara Mahaputra is in a relationship with Karina Ananda. Tara membekap mulutnya. Ia terhenyak. Menangis tanpa suara.
***
Hari ini hari pertama Tara di semester 2. Pengumuman tentang pembagian kelas sudah ditempel di papan pengumuman. Semua anak berdesakan untuk melihat pembagian kelas itu. Suasana di aula hari ini benar-benar semrawut. Semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing. Tara menatap orang-orang yang berlalu-lalang di aula, menyenangkan sekali. Entahlah, ia memang senang memandang orang berlalu-lalang seperti itu. Matanya tertuju pada sudut aula. Saat itu juga Tara merasa sesak. Lukanya kembali terbuka. Bagas dan Karina. Dua orang itu, yang katanya sahabat ternyata menusuk hatinya. Mengoyak hingga tak berbekas. Tara diam, masih mematung di tempatnya. Bayang-bayang pikirannya kembali lagi ke masa lalu. Saat ia dan Bagas masih bersatu, melakukan sesuatu bersama-sama. Ah, menyenangkan! Muncul juga wajah Karina, teman sekelasnya sewaktu SMP. Mereka pergi kemana-mana bersama, melakukan kegiatan di kelas bersama. Wajah Karina dan Bagas silih berganti memenuhi ruang otak Tara. Tara merasa semakin sesak, semakin sakit. Bagas dan Karina. Dua orang itu, penghancur kegelapan malamnya.
“Hoiiiii.. Sendirian aja lo!”
Tara tersentak. Dilihatnya Nia sudah berada di sampingnya. “Eh, ngagetin aja sih lo! Ngapain kesini? Ngehibur gue? Hahaha!”
“Murung terus sih! Udah biarin aja, mending happy-happy sama gue. Enak banget ngelamunnya sampai gak nyadar gue udah ada di samping lo dari tadi.”
“Eh, udah ah, mending ke kantin yuk, Nia!”
“Ayok!”
***
Sekali lagi Tara merasa kesepian mencekam malamnya. Ia bosan juga kalau harus begini terus. Nia sedang keluar bersama pacarnya. Tak mungkin kalau ia harus mengikuti Nia terus. Handphone Tara bergetar, saat itu juga langsung dilihatnya pesan yang masuk. Bagas. Nama itu yang tertera di layar handphonenya. Tara mengerenyutkan dahinya. Untuk apa Bagas kembali menghubunginya walau hanya sekedar pesan singkat. Tara tak tahu jawabannya. Segera saja ia membuka pesan yang masuk dari Bagas.
Selamat malam, Tara.
Tara bingung. Untuk apa mantan kekasihnya itu menghubunginya lagi. Apakah ia hanya sekedar pelampiasan saja karena Bagas sedan bertengkar dengan Karina? Tara tak tahu. Tara hanya membalas pesan itu singkat. Malam semakin larut, percakapan meeka semakin melunak. Tara merasa bahagia. Iya benar, sangat merasa bahagia. Tara menatap langit, bintang bersinar dengan terangnya. Bulan tersenyum dengan manisnya. Tara tersenyum. Ia merindukan saat-saat itu lagi. Kenangan memang tak bisa pergi dari hidupnya. Tara, seseorang yang masih rela dipermainkan kenangan, yang masih rela berlari bersama kenangan.
***
Bagas menatapnya diam-diam. Tara tahu itu. Ia merasa sakit hatinya kembali terbuka. Mengapa harus diam-diam? Apa Tuhan menciptakan segala sesuatu untuknya memang harus dengan diam-diam seperti ini? Hati Tara merasa pilu. Bagas, sosok itu memang tak pernah bisa lepas dari atmosfer otaknya. Ia pernah merasa bahagia dengan Bagas. Dulu sekali. Tara merasa ia tak bisa terus begini. Ia harus pergi dari hidup Bagas. Bagas juga sudah bersama kehidupan barunya. Tara sadar, tak selamanya ia bisa terus begini. Ia harus terus maju dan bukan terpaku pada masa lalu.
Malam itu Bagas kembali lagi mengirimi pesan singkat untuk Tara. Hari ini berbeda. Bagas tak lagi menunjukkan sikapnya yang dulu. Bagas bertengkar dengan Karina. Semua itu karena semua pesan singkat Bagas kepadanya telah diketahui oleh Karina. Karina marah kepadaku, begitu juga Bagas. Aku merasa terpojokkan. Apa semua ini murni salahku? Apa memang Bagas merasa selama ini aku orang yang pantas disembunyikan? Tara menangis, untuk yang kesekian kalinya. Tara yakin akan keputusannya. Pergi. Pergi dari kehidupan mereka berdua. Bahkan ketika mereka bertengkar, Tara tak mengatakan apa yang sebenarnya terjadi pada Karina. Ia berkata bohong demi melindungi orang yang selama ini ia sayangi, Bagas. Apa Bagas tahu? Apa Bagas paham semua pengorbanannya? Tara menangis tanpa suara, terlalu sakit, dan terlalu perih. Tara mengorbankan perasaan dan harga dirinya hari itu juga. Apa itu berarti, Bagas?
***

Just posted my feelings ~

Diposting oleh Diah Novianti di 06.05 0 komentar
Entah deh ya apa yang aku rasain karang. Marah, kesel, sedih, kecewa! Pengen teriak, pengen marah, pengen nangis. Duh! Semua orang sibuk ya sama kegiatannya masing-masing. Seolah-olah gak ada yang merhatiin aku di sini. Diem dan banyak masalah.
Heran, semua masalah yang aku hadapi karang seolah semua salah aku. Hai kamu, belum puas juga ya ngasi penderitaan ke aku? Sadar gak sih seberapa banyak penderitaan yang kamu kasi ke aku :') bahkan saat kamu terus ngasi masalah ke hidup aku, aku tetep pertahanin perasaan ini. Ya, perasaan aku ke kamu! Sadarkah? Oh, tentu tidak.
Hai, tahukah pengorbananku di belakangmu? Aku mengaku salah ke seseorang yang mungkin sangat berarti bagimu. Aku melindungimu. Aku melindungi hubunganmu. Tahukah? 
Ini memang lagi jaman kali ya banyak masalah gini, pengen banget rasanya ke atmosfer kehidupan orang lain yang lebih baik dari aku -_- . Pengen deh gak kenal sama kalian lagi. Woi, lo udah gue delcont, udah gue benci!
Dan, emm, satu lagi. Kakak, peka dikit dong plisssss. Ini akunya ngfans banget loh sama Kakak!!! Kece banget deh sumveh! Kakak Raksasa, aku lagi berusaha nih :p *eaaaa. Coba aja kalo aku suka sama kakaknya dia, pasti uda direspon. Abis kakak sama adik beda sifat banget sih .-. Yang kakak mikirin cinta banget, adiknya cuek abissssss. Sayangnya gue suka sama adiknya, huhu T.T
Kakaknya udah tau aku, azz. Ngeselin sih, iya bener, ngeselin banget! Tapi syukur juga sih udah ditauin, siapa tau bisa jodoh ke depannya. Ciaileeee :ppp . Biasa deh aku itu emang orang yang "ngarep"-nya kebangetan -__- plis deh Diah! Menurut gue sih tuh Kakak responnya biasa-biasa aja. Flat! Abis pinter banget nyembunyiin perasaan gitu. Yahhhh.
Udah deh, perasaan gue gak bisa didefinisikan dengan kata-kata. Kacau! -___-

Minggu, 09 Desember 2012

Sebuah pengorbanan... (':

Diposting oleh Diah Novianti di 22.48 0 komentar
Pengorbanan itu perlu. Setiap orang pasti pernah melakukan pengorbanan untuk sesuatu. Mengorbankan waktunya untuk seseorang yang ia sayangi, misalnya. Pengorbanan bukan dilihat dari bagaimana kamu melakukan sesuatu, tetapi bagaimana hasil dari sesuatu yang kamu lakukan. Percayalah, mengorbankan itu memang terkadang menyakitkan. Namun, semua pengorbanan tentu untuk suatu kebaikan.
Semua orang pernah berkorban untuk seseorang yang disayangi. Aku tak mengerti, mengapa seseorang kadang  melakukan pengorbanan itu secara cuma-cuma. Apa yang ia dapatkan? Entahlah, sakit hati, mungkin. Aku tak begitu banyak mengetahui tentang arti pengorbanan sepenuhnya. Sampai aku terbawa ke ruang waktu yang membuatku mengerti. Ruang waktu yang berbeda dari kehidupan realitaku seperti biasa. Aku terjepit diantara dua pilihan, jujur atau berbohong. Aku memilih berbohong. Hai, tahukah karena apa aku berbohong? Untuk melindungi seseorang yang sangat kusayangi. Yang masih hidup dalam kenangan.
Kamu yang di sana, yang masih kulihat, diam-diam. Yang masih kupeluk dalam doa. Aku mengorbankan sesuatu untukmu. Sesuatu yang mungkin kau sendiri masih bingung memberikannya pada siapa. Sesuatu yang semu bagimu. Sesuatu yang bisa dengan mudahnya kau permainkan. Sesuatu yang mudah saja kau putar balikkan.  Aku mengorbankan perasaanku. Apa itu berarti? :')


*Untuk seseorang yang namanya masih kusebut dalam doa tidurku setiap malam...
  Aku senang berkorban untukmu. 

Siapa aku?

Diposting oleh Diah Novianti di 01.34 0 komentar
Aku, orang yang menyayangimu. Orang yang mencintaimu. Orang yang meneguhkan hatinya untukmu. Aku, orang yang paling sering kau sakiti. Orang yang paling sering kau jatuhkan. Orang yang paling sering kau hempaskan. 
Tahukah? Hati yang terkoyak ini, tak mampu lagi menampung semua perasaan. Bahkan, ketika kamu telah bersama kehidupan barumu, aku tetap tersenyum. 
Inikah kita yang dulu? Yang sudah berubah menjadi aku dan kamu. Inikah namanya berteman? Tidak. Aku rasa kita hanya dua orang yang sama-sama masih dipermainkan kenangan. Hentikan. Aku ingin pergi. Menjauh dari kehidupan mimpi kita. Akankah sama perasaan kita nanti? Hai, aku sudah terlalu sering mengorbankan perasaanku untukmu. Perasaan ini bahkan sudah sangat tak berbentuk.
Izinkan aku, mengorbankan perasaanku untuk terakhir kalinya. Karna aku ingin berguna bagimu. Untuk terakhir kalinya.

* Untuk kamu yang mungkin suatu saat akan membaca tulisan ini. Selamat berjuang! :')
   Selamat tinggal... 

Jumat, 07 Desember 2012

Siapa penyebab tangisku setiap malam? Kamu.

Diposting oleh Diah Novianti di 06.48 0 komentar
Ketika matahari tak menampakkan wajahnya dan langit cerah berganti dengan pemandangan bintang-bintang yang berkilau. Di ujung sana, terdengar suara. Lirih hingga tak terdengar. Seorang di sana, membekap mulutnya, menangis tanpa suara. Ia terluka. Semakin dalam, semakin perih. Tegores hingga meninggalkan bekas yang cukup dalam. Ia menangis tanpa suara, seolah tidak ada yang bisa mengerti apa yang ia rasakan. Tidak ada kata-kata yang mampu mendefinisikan perasaannya. Sampai suatu saat, tangisnya terdengar, semakin keras. Seberat apakah masalahnya? Sesakit apakah yang ia rasakan? Sehancur apakah hatinya? Ia menatap nanar dua orang di seberangnya. Sepasang kekasih. Mengapa ia menatap dua orang itu? Dua orang di sana, penghancur hatinya, penghianat dalam kegelapan. Sepasang kekasih di sana, membuatnya menangis, membuatnya terluka. Hai kamu, lihatlah dia, menangis untukmu. Meneguhkan hatinya untukmu. Bahkan ketika kamu meninggalkannya dan berpaling kepada wanita lain, ia masih mau melihatmu. Siapa wanita itu? Siapa orang yang melihatmu diam-diam sambil menangis? Aku.

* Untuk seseorang yang sangat berarti, yang siap aku lupakan. Siapkah kamu? (:
 

Diahhh's Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos