Aku ingin menulis
sesuatu tentangmu. Tentang kita dulu. Aku ingin mengingat sekali lagi, iya
sekali lagi sebelum semuanya benar-benar aku lupakan. Aku mengenal laki-laki
itu dulu sekali, saat aku berusia kira-kira 13 tahun, saat aku baru memasuki
kelas 2 SMP. Namanya indah, cerah, secerah tingkahnya. Aku suka
memperhatikannya, ia periang dan humoris. Benar-benar mengagumkan bagiku!
Perkenalanku di mulai saat aku berada di aula sekolah dulu, saat aku dan
kelompokku mengerjakan tugas IPS tentang drama perjuangan. Ia meminta nomor handphone-ku. Lama-kelamaan aku mulai
menyukai sikapnya, anaknya ramah dan enak diajak bicara. Ia sudah memiliki
pacar, seorang perempuan anak kelas sebelahku. Wajahnya cantik dan pintar. Tapi
entah kenapa lelaki itu malah membantuku mencarikan sosok pacar. Ia berusaha mendekatkan
aku pada anak yang seangkatan juga denganku. Aku berterima kasih kepadanya,
sungguh berterima kasih. Tapi mulai dari sanalah aku dekat, sangat dekat. Hari
demi hariku mulai mengalami perubahan. Ada sebuah perasaan yang muncul, aku
ragu akan perasaan itu. Apakah itu sayang? Apakah itu cinta? Atau hanya sekedar
suka? Entahlah. Sampai akhirnya ia mengatakan kepadaku kalau ia menyukaiku. Aku
semakin dekat dengannya. Tapi, semakin hari aku merasa semakin bersalah, pada
pacarku dan pacarnya. Tanpa ada yang tahu bahwa aku dekat dengannya karena kita
hanya sekedar saling bertukar cerita saja. Aku tahu semuanya, tentang pacarnya
yang kurang memperhatikan dirinya, tentang selingkuhan-selingkuhannya, tentang
perasaannya. Itu juga yang menyebabkan aku dan pacarnya bertengkar, karna aku
dianggap sebagai penghancur hubungannya. Aku terima, aku tak peduli. Aku
menjauhi lelaki itu untuk beberapa waktu. Hubunganku dengannya kembali dekat,
namun semua itu tak sesuai dugaanku. Ia meninggalkanku dan berpacaran dengan
adik kelas yang semula dekat denganku, dan saat itu juga aku dan adik kelas itu
menjauh. Baru dua minggu berjalan, dia dan adik kelas itu putus. Aku kembali
dekat dengannya, sebulan. Aku ingat sekali. Sampai akhirnya ia melakukan
kesalahan yang sama untuk kedua kalinya. Dia meninggalkanku, lagi. Dia kembali
berhubungan dengan adik kelas itu. Hubungannya hanya bertahan 4 bulan. Entah
mengapa aku dekat kembali dengannya, karena dia selalu mencurahkan tentang
perasaannya kepadaku. Aku mencoba mengerti, mencoba memahami. Aku tahu ada
seorang perempuan juga, yang dulunya sekelas denganku saat kelas 8, ia dekat
dengan lelaki itu. Aku pasrah. Aku dekat dengannya lama sekali, aku merasa
hubunganku dengannya digantung begitu saja. Sampai akhirnya ia benar-benar
menjadi milikku saat kami berdua telah selesai berhadapan dengan Ujian Akhir
Nasional. Aku benar-benar bahagia, sangat bahagia! Entah mengapa hubunganku
mulai berubah. Sejak SMA aku mulai mendengar berita-berita tentangnya dan juga
temanku itu. Aku mencoba mencari tahu. Tapi bukan kebenaran berita itu yang aku
dapat. Dia mengatakan bahwa orang tuanya tak setuju akan hubungan kita. Aku
terkejut. Aku menangis. Aku ingin marah. Aku benci. Aku dendam. Hubunganku dan
dia benar-benar berakhir pada malam hari seusai aku menemani dan menonton ia
bermain bersama band-nya. Aku mencoba
kuat. Aku tahu aku bisa walau tanpa dia. Belum sebulan setelah hubungan kami
berakhir, aku mendengar ia sudah menjalin hubungan dengan temanku itu. Iya,
(mantan) teman yang sekelas denganku sewaktu kelas 8! Yang dulu dekat denganku,
yang selalu melakukan kegiatan bersama-sama denganku! Aku shock! Setega itukah
mereka? Selama ini apa mereka terlalu munafik dengan perasaan mereka
masing-masing? Apa mereka terlalu malu untuk mengakui hubungannya di depanku?
Hai, aku bukan mainanmu yang bisa kau buang begitu saja! Aku butuh waktu untuk
ini semua, bukan malah menghancurkanku seperti ini! Lelaki itu biadab,
benar-benar biadab! Ia mendekatiku lagi karena aku merasa bahwa kita dua orang yang
masih belum lepas dari kenangan. Pacarnya yang juga (mantan) temanku itu
mengetahui kedekatan kita. Ia marah kepadaku dan lelaki itu juga marah
kepadaku. Apa ini semua memang murni salahku seorang? Aku membela lelaki itu
dengan mengatakan kepada pacarnya bahwa aku yang mendekatinya lagi, aku yang
memulai komunikasi dengan lelaki itu. Aku membelanya demi hubungan mereka! Aku merelakan
perasaan dan harga diriku untuk kamu, lelaki yang tak pantas aku perjuangankan
lagi! Kamu, sudah puaskah? Aku senang bisa mengorbankan perasaanku untuk
terakhir kalinya, Bintang.
* Untuk kamu, lelaki yang selama ini telah menjadi bagian dari hidupku.
Yang sudah membawa tawa dan menorehkan luka yang cukup dalam kepadaku.
Yang sudah bersedia pernah menjadikanku sebagai bagian dari hidupmu.
Yang pernah menyayangiku tulus, aku ingin berterima kasih kepadamu.
Komang Bintang Satria Mahaputra.
0 komentar:
Posting Komentar