Kamis, 28 Maret 2013

Stay Strong

Diposting oleh Diah Novianti di 22.34 0 komentar
Say you're sorry, that face of an angel
Comes out just when you need it to
As I paced back and forth all this time
Cause I honestly believed in you 



-Kamu tau..setelah sekalinya aku percaya,sekalinya aku sembuh tidak mudah untuk melihat kenyataan lagi.Tidak mudah untuk menerima aku sakit lagi.. 

Holding on, the days drag on
Stupid girl, I should have known
I should have known 


-Tapi aku tetap aku... aku yang percaya, Apapun yang kamu bilang, itu kenyataan.Kenyataannya tidak begitu


I'm not a princess, this ain't a fairy tale
I'm not the one you'll sweep off her feet
Lead her up the stairwell 



-Tapi kamu sepekat malam,semisterius gelap..dan aku hanya bintang..aku cuma bintang yang redup..cuma menghiasi malammu.Sederhana.
 

 

This ain't Hollywood, this is a small town
I was a dreamer before you went and let me down
Now it's too late for you and your white horse, to come around


 -Aku cuma bintang yang melihat jagat raya..melihat kamu sebagai meteor yang indah..satu satu jatuh di hatiku dengan lembut lama lama membakar..menghanguskan


Baby I was naive, got lost in your eyes
And never really had a chance
(My mistake, I didn't know to be in love
You had to fight to have the upper hand)
I had so many dreams about you and me
Happy endings, now I know

 -kamu yang jadi malam.. yang berhiaskan juataan bintang,kalau aku yang jatuh apa kau bisa melihat? Apa kau bisa rasa...aku hilang

I'm not a princess, this ain't a fairy tale
I'm not the one you'll sweep off her feet
Lead her up the stairwell

This ain't Hollywood, this is a small town 

I was a dreamer before you went and let me down
Now it's too late for you and your white horse, to come around

And there you are on your knees 

Begging for forgiveness, begging for me
Just like I always wanted but I'm so sorry 


-Aku jatuh,kamu boleh minta satu harapan pada bintang jatuh kan?  tapi kalau kamu peduli..sekali ini tolong peduli..minta agar aku tidak terluka.Cukup
 

Cause I'm not your princess, this ain't a fairytale
I'm gonna find someone someday who might actually treat me well
This is a big world, that was a small town
There in my rearview mirror disappearing now 


-B:Do you Love me? I G:Yes I B:Can we back to the past? I G: No
 

And it's too late for you and your white horse
Now it's too late for you and your white horse, to catch me now

Oh, whoa, whoa, whoa 

Try and catch me now
Oh, it's too late to catch me now



-Sometime..i love you enough for say goodbye.Sometime..the time stop and this heart freeze

Repost-
Terimakasih buat teman yang selalu mendengar cerita saya. Terima kasih untuk postingan yang dikhususkan buat saya ini.
Thank you so much Ossi Widiari! I know you really care with me :’) Thanks for this post in your blog! 


Minggu, 24 Maret 2013

Merindukanmu...

Diposting oleh Diah Novianti di 07.43 0 komentar
Well, untuk siapapun kamu yang sedang merasa rindu pada seseorang, yang sedang menunggu kepulangan seseorang, yang sedang menanti kabar seseorang, ini lagu emang pas banget! Entah kenapa lagu-lagu dari D'massiv emang selalu ngena di hati. Selalu memberikan suasana yang beda. Cuma pengen share lirik lagu satu ini aja. Lagu ini diperuntukkan untuk kamu. Yang terhalang oleh jarak, yang terselubung oleh waktu (:


Saat aku tertawa di atas semua
Saat aku menangisi kesedihanku
Aku ingin engkau selalu ada
Aku ingin engkau aku kenang

Selama aku masih bernafas
Masih sanggup berjalan
Ku kan slalu memujamu
Meski ku tak tahu lagi
Engkau ada di mana
Dengarkan aku ku merindukanmu

Saat aku mencoba merubah segalanya
Saat aku meratapi kekalahanku
Aku ingin engkau selalu ada
Aku ingin engkau aku kenang

Selama aku masih bernafas
Masih sanggup berjalan
Ku kan slalu memujamu
Meski ku tak tahu lagi
Engkau ada di mana
Dengarkan aku ku merindukanmu


:) :)

Rabu, 06 Maret 2013

Someone in distance...

Diposting oleh Diah Novianti di 04.04 0 komentar

-Dan pertemuan singkat tak pernah terasa sederhana bagi mereka yang terpisah oleh jarak-
Jarak terlalu egois! Aku rindu kamu. Aku kangen kamu. Jarak terlalu egois memisahkan kita! Begitulah kira-kira kata hati Nadia saat ini. Ketika ia dihadapkan oleh berbagai sesuatu yang dipisahkan oleh jarak, apa ia masih harus berjuang atau memilih berhenti? 

**

Nadia menghempaskan tubuhnya di sofa. Panas matahari yang merongrong di luar menyebabkan keringatnya terus bercucuran. Sambil meminum segelas jus jeruk siang itu, Nadia melihat-lihat tanggal di kalender. Sudah 4 bulan. Iya, sudah 4 bulan semenjak kepergian Rino. Air mata Nadia mulai menyembul kembali dari pelupuk matanya. Rino. Nama itu mungkin tak akan pernah pudar di hati Nadia. Orang yang selalu menemaninya, penyebab tangis dan tawanya kini telah hilang. Ini bulan ke-empat semenjak kematian Rino. Tanggal 27 pasti akan selalu menjadi tanggal yang tidak akan pernah luput dari ingatannya. Nadia selalu menyesali perbuatannya dulu, memaki-maki Rino sehari sebelum ia pergi, bahkan Nadia pun tak sempat melihat jenazah Rino.

“Aku kangen kamu, Rin. Maafin aku.”

Nadia tak pernah mengerti, mengapa perpisahan selalu menimbulkan jarak yang sangat jauh untuk seseorang. Nadia menghela nafasnya, ia lelah sekali. Lalu ditidurkannya tubuhnya di sofa siang itu. 

**

Nadia berjalan-jalan di taman yang penuh dengan bunga berwarna-warni. Menimbulkan warna-warna yang sangat menyegarkan mata. Di sudut taman ia melihat seseorang, mengenakan kemeja abu-abu dengan skinny jeans berwarna gelap. Menangis terduduk di sudut taman. Siapa dia?

Maaf Bu, aku terlalu rapuh...

Diposting oleh Diah Novianti di 03.57 0 komentar

Ketika sang surya mulai merangkak naik dan panasnya merongrong kulit, di sanalah aku. Duduk dalam suatu tempat, bersenda gurau dengan teman-temanku. Seusai  pulang sekolah, aku sibuk dengan berbagai tugas dan kegiatanku. Sungguh, aku sangat tidak menyukai rumah! Bagiku rumah hanyalah tempat tinggal yang di dalamnya terdapat banyak orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Mengapa orang-orang selalu menyukai rumah dan selalu mengatakan “home sweet home”? “home hell home”!  Aku mulai melihat jadwal les-ku hari ini. Tidak ada les. Berarti aku bebas tidur seharian sampai sore nanti. Atau mungkin keluar dengan teman-temanku dan berkunjung ke suatu tempat.
Seusai ganti baju aku berjalan ke kamar ibuku. Wanita yang menyimpan banyak beban di pundaknya. Menyimpan berbagai kesedihan di wajahnya. Wanita yang selalu berjuang untuk anak-anaknya.
Ibu. Aku menyebutnya Ibu. Wanita itu terlalu banyak memikul beban yang tidak seharusnya ia tanggung. Wajahnya tampak lebih tua dari umurnya sekarang. Aku menatapnya, menemukan sosok wanita yang selalu sayang kepada anak-anaknya.
“Udah pulang?”
“Udah Bu.”
Udah makan belum?” Ah. Aku selalu suka kata-kata ini. Ibu selalu memerhatikan aku lebih dari siapapun.
“Udah.”
Ibu. Aku menatapnya sekali lagi. Tulus. Aku mulai memperhatikan wajahnya. Kerutan disana-sini. Wajahnya kusam, tak secerah dulu. Matanya sendu, tak sebercahaya dulu.
“Kalau Ibu nyari kerja di Mataram aja, Diah gak apa kan tinggal di sini? Sama bapak.”
Aku diam. Entah karena dasar apa Ibu mengatakan kalimat itu. Mataku mulai memanas. Aku mulai merasakan bulir-bulir air mata akan jatuh mengalir dari kedua mataku. Kutidurkan tubuhku di tempat tidur Ibu. Berusaha menyembunyikan air mata yang sebentar lagi akan mengalir.
“Ibu nyari kerja di Mataram supaya gak keganggu sama acara-acara di sini. Kalau di Mataram Ibu bisa bebas nyari uang, buat Diah buat Adit.”
“Tapi nanti Ibu diomong-omongin sama orang-orang di sini.”
“Gak apa. yang penting Ibu bisa nyari uang buat anak-anak Ibu. Terserah orang lain mau ngomong apa.”
“Tapi nanti Diah sendirian. Diah gak suka tinggal di sini. Gak enak.”
“Ibu juga gak suka. Ibu ninggalin anak-anaknya Ibu bukan karena Ibu mau nyari uang buat diri Ibu sendiri, justru karena Ibu sayang sama anak-anaknya Ibu. Supaya Ibu bisa beliin apa yang anak-anaknya Ibu pengen.
“Terus Diah sama siapa?”
“Kan ada Bapak. Nanti ibu buatin Diah tabungan, buat Ibu kirimin uang tiap bulan.”
Aku terdiam, menangis tanpa suara. Ibu memalingkan wajahnya kepadaku. Aku tahu dia menatapku. Aku takut menatapnya balik. Terlalu menyedihkan.
“Diah, kan baru rencana. Kalau Ibu udah bisa kerja bebas di sana, Diah mau ikut sama Ibu?”
“Mau.” Dengan polos aku mengatakannya.
Aku melihat Ibuku mengusap matanya. Entah apakah ia ikut menangis juga. Aku melihat wajah wanita itu. Banyak kesedihan yang ia sembunyikan selama ini. Banyak penderitaan yang ia jalani selama ini.
“Diah, Ibu kerja buat anak-anak Ibu. Karna Ibu sayang. Ibu pengen anak-anaknya Ibu seneng.”
“Iya.”
Dan percakapan siang itu terhenti. Makanan siang itu terasa hambar, sehambar perasaanku memikirkan percakapan singkat siang itu. Aku masih menangis. Berusaha menyembunyikan air mata yang terus berjatuhan. Menyembunyikan perasaan sedih yang mendalam. Ibu. Wanita itu terlalu kuat menjalani hidupnya. Terlalu kuat untuk menopang beban-beban di pundaknya. Maaf Bu, aku terlalu rapuh…

Kamu, si pria bertubuh raksasa...

Diposting oleh Diah Novianti di 03.54 0 komentar

Kamu. Iya, kamu. Si pria bertubuh raksasa berhati hello kitty. Aku menulis ini dengan sebuah perasaan tak menentu. Sayang? Jangan bilang ini sayang! Kamu selalu hadir di setiap atmosfer hari-hariku. Di setiap waktu yang kian tak menentu. Kau anggap apa setiap percakapan manis yang tercipta setiap malam-malamku  selama ini? Aku anggap apa? Istimewa tentunya!
Hai kamu si pria bertubuh raksasa! Bolehkah hari-hari lebih lama lagi dan kamu tidak cepat-cepat pergi dari sini? Bisakah aku menunda waktu lebih lama lagi dan kamu tetap ada di sampingku? Aku merindukan kamu yang dulu, yang selalu menghubungiku dan setia menemaniku walaupun aku terus saja mengoceh tentang hubunganku dengan mantanku dulu. Bukankah kita masih sama-sama bertahan pada masa lalu?
Hai pria bertubuh raksasa. Bisakah kamu sedikit peka pada setiap kejadian-kejadian kecil yang tercipta pada hari-harimu? Bisakah kamu sedikit peka bahwa aku selalu terselubung oleh orang-orang yang kamu kagumi, yang kamu sayangi.
Aku senang setiap mendengar bel istirahat berbunyi dan tak sabar lagi untuk melangkahkan kakiku menuju kantin sekolah. Kamu selalu duduk manis di “angkringan” dekat kantin sambil menyiapkan senyum termanismu setiap aku lewat. Tanpa kata. Hanya senyum.
Hai pria bertubuh raksasa. Tahukah? Aku selalu senang dengan saat-saat itu. Rasanya semua terjadi begitu saja. Indah. Tulus. Apa perasaanmu setulus senyum yang selalu kamu berikan setiap aku melewati kantin sekolahan?
Kamu bilang sayang. Kamu bilang peduli. Tapi sikapmu seolah tak pernah menunjukkan itu. Kemana kamu yang dulu yang setiap malamnya selalu polos dengan mengirimkan pesan “Dek” untukku.
Apa semua KakakAdikan itu selalu berakhir miris? Entah. Kalau kakak mau pergi, Adik harus nahan Kakak? Kalau Kakak masih sayang sama mantan Kakak dan masih memperjuangkannya, Adik bakal marah? Kalau Kakak hanya datang dan pergi terus sampai buat Adik bingung sama perasaan Kakak, Adik bakal maksa Kakak buat terus di sini sama Adik? Gak Kak. Adik gak berhak sama itu semua. Adik gak pernah benci sama orang-orang yang pernah Adik sayang selama ini.

Dari si gadis pemimpi yang terlanjur mempunyai rasa untuk kamu.
Dari si gadis kecil yang selalu tak mempunyai cara untuk tidak gugup saat matamu menatap matanya.
Dari Adik yang selalu kamu beri harapan diam-diam di setiap percakapan kecil yang kau ciptakan.
:’)

Aku kangen masa-masa itu...

Diposting oleh Diah Novianti di 03.52 0 komentar

Dalam diam, hati seseorang merana. Dalam pilu, hati seseorang menangis. Dalam jarak, banyak kata-kata yang tak sempat terucap. Dalam mimpi, banyak angan-angan yang tersampaikan. Aku dan kamu. Dua orang yang ditakdirkan Tuhan untuk saling bertemu tapi tidak untuk saling bersatu. Aku dan kamu. Dua orang yang sama-sama mencintai tapi tidak untuk saling memiliki. Aku dan kamu. Dua orang yang terlalu melawan takdir untuk saling bersama tapi pada akhirnya akan dipisahkan oleh takdir itu juga.
Dunia seakan tak mengerti. Mauku begini. Maumu begitu. Lalu, perbedaan apakah yang pantas untuk disatukan? Bukankah setiap perbedaan akan mempunyai keindahan tersendiri jika berhasil disatukan? Tapi nyatanya, perbedaan aku dan kamu terlalu jauh. Mungkin. Hingga semua tak pantas untuk disatukan, tak pantas untuk saling memiliki.
Dulu, bukankah kita saling bersama? Tertawa pada setiap gurauan yang terselip pada percakapan kecil yang kita ciptakan. Bahagia menikmati hembusan angin yang membelai wajah kita dengan lembut. Tersenyum pada setiap kekonyolan yang tidak sengaja tercipta pada diri kita masing-masing. Ah, iya. Itu DULU. Sebelum perbedaan mulai meretakkan semua yang telah kita lalui. Terlalu banyak perbedaan.
Kamu lagi apa? Udah makan belum? Nanti sakit. Kamu lagi dimana? Hati-hati ya. Apa percakapan kecil seperti itu masih istimewa bagimu? Bagimu yang terpisah dalam jarak yang sejauh ini denganku. Apa percakapan kecil itu masih bisa tercipta jika kita bertemu lagi? Apa masih terasa istimewa jika kamu sudah memiliki orang lain yang berada di sampingmu?
Dan tulisan ini tercipta saat aku mulai mengerti rasanya kehilangan. Mengerti arti perpisahan sesungguhnya. Melihat realita bahwa begitu banyak orang yang belum mengerti artinya perpisahan jika mereka belum benar-benar merasakan apa itu perpisahan. Berbahagialah dengan apa yang kamu punya sekarang. Dan tulisan ini terinspirasi dari seseorang yang menyukai fisika, yang bercita-cita melanjutkan sekolah di ITB jurusan teknik. Untuk kamu yang pernah ada di sini sebelumnya.
Aku kangen masa-masa itu… 

Kamis, 28 Maret 2013

Stay Strong

Diposting oleh Diah Novianti di 22.34 0 komentar
Say you're sorry, that face of an angel
Comes out just when you need it to
As I paced back and forth all this time
Cause I honestly believed in you 



-Kamu tau..setelah sekalinya aku percaya,sekalinya aku sembuh tidak mudah untuk melihat kenyataan lagi.Tidak mudah untuk menerima aku sakit lagi.. 

Holding on, the days drag on
Stupid girl, I should have known
I should have known 


-Tapi aku tetap aku... aku yang percaya, Apapun yang kamu bilang, itu kenyataan.Kenyataannya tidak begitu


I'm not a princess, this ain't a fairy tale
I'm not the one you'll sweep off her feet
Lead her up the stairwell 



-Tapi kamu sepekat malam,semisterius gelap..dan aku hanya bintang..aku cuma bintang yang redup..cuma menghiasi malammu.Sederhana.
 

 

This ain't Hollywood, this is a small town
I was a dreamer before you went and let me down
Now it's too late for you and your white horse, to come around


 -Aku cuma bintang yang melihat jagat raya..melihat kamu sebagai meteor yang indah..satu satu jatuh di hatiku dengan lembut lama lama membakar..menghanguskan


Baby I was naive, got lost in your eyes
And never really had a chance
(My mistake, I didn't know to be in love
You had to fight to have the upper hand)
I had so many dreams about you and me
Happy endings, now I know

 -kamu yang jadi malam.. yang berhiaskan juataan bintang,kalau aku yang jatuh apa kau bisa melihat? Apa kau bisa rasa...aku hilang

I'm not a princess, this ain't a fairy tale
I'm not the one you'll sweep off her feet
Lead her up the stairwell

This ain't Hollywood, this is a small town 

I was a dreamer before you went and let me down
Now it's too late for you and your white horse, to come around

And there you are on your knees 

Begging for forgiveness, begging for me
Just like I always wanted but I'm so sorry 


-Aku jatuh,kamu boleh minta satu harapan pada bintang jatuh kan?  tapi kalau kamu peduli..sekali ini tolong peduli..minta agar aku tidak terluka.Cukup
 

Cause I'm not your princess, this ain't a fairytale
I'm gonna find someone someday who might actually treat me well
This is a big world, that was a small town
There in my rearview mirror disappearing now 


-B:Do you Love me? I G:Yes I B:Can we back to the past? I G: No
 

And it's too late for you and your white horse
Now it's too late for you and your white horse, to catch me now

Oh, whoa, whoa, whoa 

Try and catch me now
Oh, it's too late to catch me now



-Sometime..i love you enough for say goodbye.Sometime..the time stop and this heart freeze

Repost-
Terimakasih buat teman yang selalu mendengar cerita saya. Terima kasih untuk postingan yang dikhususkan buat saya ini.
Thank you so much Ossi Widiari! I know you really care with me :’) Thanks for this post in your blog! 


Minggu, 24 Maret 2013

Merindukanmu...

Diposting oleh Diah Novianti di 07.43 0 komentar
Well, untuk siapapun kamu yang sedang merasa rindu pada seseorang, yang sedang menunggu kepulangan seseorang, yang sedang menanti kabar seseorang, ini lagu emang pas banget! Entah kenapa lagu-lagu dari D'massiv emang selalu ngena di hati. Selalu memberikan suasana yang beda. Cuma pengen share lirik lagu satu ini aja. Lagu ini diperuntukkan untuk kamu. Yang terhalang oleh jarak, yang terselubung oleh waktu (:


Saat aku tertawa di atas semua
Saat aku menangisi kesedihanku
Aku ingin engkau selalu ada
Aku ingin engkau aku kenang

Selama aku masih bernafas
Masih sanggup berjalan
Ku kan slalu memujamu
Meski ku tak tahu lagi
Engkau ada di mana
Dengarkan aku ku merindukanmu

Saat aku mencoba merubah segalanya
Saat aku meratapi kekalahanku
Aku ingin engkau selalu ada
Aku ingin engkau aku kenang

Selama aku masih bernafas
Masih sanggup berjalan
Ku kan slalu memujamu
Meski ku tak tahu lagi
Engkau ada di mana
Dengarkan aku ku merindukanmu


:) :)

Rabu, 06 Maret 2013

Someone in distance...

Diposting oleh Diah Novianti di 04.04 0 komentar

-Dan pertemuan singkat tak pernah terasa sederhana bagi mereka yang terpisah oleh jarak-
Jarak terlalu egois! Aku rindu kamu. Aku kangen kamu. Jarak terlalu egois memisahkan kita! Begitulah kira-kira kata hati Nadia saat ini. Ketika ia dihadapkan oleh berbagai sesuatu yang dipisahkan oleh jarak, apa ia masih harus berjuang atau memilih berhenti? 

**

Nadia menghempaskan tubuhnya di sofa. Panas matahari yang merongrong di luar menyebabkan keringatnya terus bercucuran. Sambil meminum segelas jus jeruk siang itu, Nadia melihat-lihat tanggal di kalender. Sudah 4 bulan. Iya, sudah 4 bulan semenjak kepergian Rino. Air mata Nadia mulai menyembul kembali dari pelupuk matanya. Rino. Nama itu mungkin tak akan pernah pudar di hati Nadia. Orang yang selalu menemaninya, penyebab tangis dan tawanya kini telah hilang. Ini bulan ke-empat semenjak kematian Rino. Tanggal 27 pasti akan selalu menjadi tanggal yang tidak akan pernah luput dari ingatannya. Nadia selalu menyesali perbuatannya dulu, memaki-maki Rino sehari sebelum ia pergi, bahkan Nadia pun tak sempat melihat jenazah Rino.

“Aku kangen kamu, Rin. Maafin aku.”

Nadia tak pernah mengerti, mengapa perpisahan selalu menimbulkan jarak yang sangat jauh untuk seseorang. Nadia menghela nafasnya, ia lelah sekali. Lalu ditidurkannya tubuhnya di sofa siang itu. 

**

Nadia berjalan-jalan di taman yang penuh dengan bunga berwarna-warni. Menimbulkan warna-warna yang sangat menyegarkan mata. Di sudut taman ia melihat seseorang, mengenakan kemeja abu-abu dengan skinny jeans berwarna gelap. Menangis terduduk di sudut taman. Siapa dia?

Maaf Bu, aku terlalu rapuh...

Diposting oleh Diah Novianti di 03.57 0 komentar

Ketika sang surya mulai merangkak naik dan panasnya merongrong kulit, di sanalah aku. Duduk dalam suatu tempat, bersenda gurau dengan teman-temanku. Seusai  pulang sekolah, aku sibuk dengan berbagai tugas dan kegiatanku. Sungguh, aku sangat tidak menyukai rumah! Bagiku rumah hanyalah tempat tinggal yang di dalamnya terdapat banyak orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Mengapa orang-orang selalu menyukai rumah dan selalu mengatakan “home sweet home”? “home hell home”!  Aku mulai melihat jadwal les-ku hari ini. Tidak ada les. Berarti aku bebas tidur seharian sampai sore nanti. Atau mungkin keluar dengan teman-temanku dan berkunjung ke suatu tempat.
Seusai ganti baju aku berjalan ke kamar ibuku. Wanita yang menyimpan banyak beban di pundaknya. Menyimpan berbagai kesedihan di wajahnya. Wanita yang selalu berjuang untuk anak-anaknya.
Ibu. Aku menyebutnya Ibu. Wanita itu terlalu banyak memikul beban yang tidak seharusnya ia tanggung. Wajahnya tampak lebih tua dari umurnya sekarang. Aku menatapnya, menemukan sosok wanita yang selalu sayang kepada anak-anaknya.
“Udah pulang?”
“Udah Bu.”
Udah makan belum?” Ah. Aku selalu suka kata-kata ini. Ibu selalu memerhatikan aku lebih dari siapapun.
“Udah.”
Ibu. Aku menatapnya sekali lagi. Tulus. Aku mulai memperhatikan wajahnya. Kerutan disana-sini. Wajahnya kusam, tak secerah dulu. Matanya sendu, tak sebercahaya dulu.
“Kalau Ibu nyari kerja di Mataram aja, Diah gak apa kan tinggal di sini? Sama bapak.”
Aku diam. Entah karena dasar apa Ibu mengatakan kalimat itu. Mataku mulai memanas. Aku mulai merasakan bulir-bulir air mata akan jatuh mengalir dari kedua mataku. Kutidurkan tubuhku di tempat tidur Ibu. Berusaha menyembunyikan air mata yang sebentar lagi akan mengalir.
“Ibu nyari kerja di Mataram supaya gak keganggu sama acara-acara di sini. Kalau di Mataram Ibu bisa bebas nyari uang, buat Diah buat Adit.”
“Tapi nanti Ibu diomong-omongin sama orang-orang di sini.”
“Gak apa. yang penting Ibu bisa nyari uang buat anak-anak Ibu. Terserah orang lain mau ngomong apa.”
“Tapi nanti Diah sendirian. Diah gak suka tinggal di sini. Gak enak.”
“Ibu juga gak suka. Ibu ninggalin anak-anaknya Ibu bukan karena Ibu mau nyari uang buat diri Ibu sendiri, justru karena Ibu sayang sama anak-anaknya Ibu. Supaya Ibu bisa beliin apa yang anak-anaknya Ibu pengen.
“Terus Diah sama siapa?”
“Kan ada Bapak. Nanti ibu buatin Diah tabungan, buat Ibu kirimin uang tiap bulan.”
Aku terdiam, menangis tanpa suara. Ibu memalingkan wajahnya kepadaku. Aku tahu dia menatapku. Aku takut menatapnya balik. Terlalu menyedihkan.
“Diah, kan baru rencana. Kalau Ibu udah bisa kerja bebas di sana, Diah mau ikut sama Ibu?”
“Mau.” Dengan polos aku mengatakannya.
Aku melihat Ibuku mengusap matanya. Entah apakah ia ikut menangis juga. Aku melihat wajah wanita itu. Banyak kesedihan yang ia sembunyikan selama ini. Banyak penderitaan yang ia jalani selama ini.
“Diah, Ibu kerja buat anak-anak Ibu. Karna Ibu sayang. Ibu pengen anak-anaknya Ibu seneng.”
“Iya.”
Dan percakapan siang itu terhenti. Makanan siang itu terasa hambar, sehambar perasaanku memikirkan percakapan singkat siang itu. Aku masih menangis. Berusaha menyembunyikan air mata yang terus berjatuhan. Menyembunyikan perasaan sedih yang mendalam. Ibu. Wanita itu terlalu kuat menjalani hidupnya. Terlalu kuat untuk menopang beban-beban di pundaknya. Maaf Bu, aku terlalu rapuh…

Kamu, si pria bertubuh raksasa...

Diposting oleh Diah Novianti di 03.54 0 komentar

Kamu. Iya, kamu. Si pria bertubuh raksasa berhati hello kitty. Aku menulis ini dengan sebuah perasaan tak menentu. Sayang? Jangan bilang ini sayang! Kamu selalu hadir di setiap atmosfer hari-hariku. Di setiap waktu yang kian tak menentu. Kau anggap apa setiap percakapan manis yang tercipta setiap malam-malamku  selama ini? Aku anggap apa? Istimewa tentunya!
Hai kamu si pria bertubuh raksasa! Bolehkah hari-hari lebih lama lagi dan kamu tidak cepat-cepat pergi dari sini? Bisakah aku menunda waktu lebih lama lagi dan kamu tetap ada di sampingku? Aku merindukan kamu yang dulu, yang selalu menghubungiku dan setia menemaniku walaupun aku terus saja mengoceh tentang hubunganku dengan mantanku dulu. Bukankah kita masih sama-sama bertahan pada masa lalu?
Hai pria bertubuh raksasa. Bisakah kamu sedikit peka pada setiap kejadian-kejadian kecil yang tercipta pada hari-harimu? Bisakah kamu sedikit peka bahwa aku selalu terselubung oleh orang-orang yang kamu kagumi, yang kamu sayangi.
Aku senang setiap mendengar bel istirahat berbunyi dan tak sabar lagi untuk melangkahkan kakiku menuju kantin sekolah. Kamu selalu duduk manis di “angkringan” dekat kantin sambil menyiapkan senyum termanismu setiap aku lewat. Tanpa kata. Hanya senyum.
Hai pria bertubuh raksasa. Tahukah? Aku selalu senang dengan saat-saat itu. Rasanya semua terjadi begitu saja. Indah. Tulus. Apa perasaanmu setulus senyum yang selalu kamu berikan setiap aku melewati kantin sekolahan?
Kamu bilang sayang. Kamu bilang peduli. Tapi sikapmu seolah tak pernah menunjukkan itu. Kemana kamu yang dulu yang setiap malamnya selalu polos dengan mengirimkan pesan “Dek” untukku.
Apa semua KakakAdikan itu selalu berakhir miris? Entah. Kalau kakak mau pergi, Adik harus nahan Kakak? Kalau Kakak masih sayang sama mantan Kakak dan masih memperjuangkannya, Adik bakal marah? Kalau Kakak hanya datang dan pergi terus sampai buat Adik bingung sama perasaan Kakak, Adik bakal maksa Kakak buat terus di sini sama Adik? Gak Kak. Adik gak berhak sama itu semua. Adik gak pernah benci sama orang-orang yang pernah Adik sayang selama ini.

Dari si gadis pemimpi yang terlanjur mempunyai rasa untuk kamu.
Dari si gadis kecil yang selalu tak mempunyai cara untuk tidak gugup saat matamu menatap matanya.
Dari Adik yang selalu kamu beri harapan diam-diam di setiap percakapan kecil yang kau ciptakan.
:’)

Aku kangen masa-masa itu...

Diposting oleh Diah Novianti di 03.52 0 komentar

Dalam diam, hati seseorang merana. Dalam pilu, hati seseorang menangis. Dalam jarak, banyak kata-kata yang tak sempat terucap. Dalam mimpi, banyak angan-angan yang tersampaikan. Aku dan kamu. Dua orang yang ditakdirkan Tuhan untuk saling bertemu tapi tidak untuk saling bersatu. Aku dan kamu. Dua orang yang sama-sama mencintai tapi tidak untuk saling memiliki. Aku dan kamu. Dua orang yang terlalu melawan takdir untuk saling bersama tapi pada akhirnya akan dipisahkan oleh takdir itu juga.
Dunia seakan tak mengerti. Mauku begini. Maumu begitu. Lalu, perbedaan apakah yang pantas untuk disatukan? Bukankah setiap perbedaan akan mempunyai keindahan tersendiri jika berhasil disatukan? Tapi nyatanya, perbedaan aku dan kamu terlalu jauh. Mungkin. Hingga semua tak pantas untuk disatukan, tak pantas untuk saling memiliki.
Dulu, bukankah kita saling bersama? Tertawa pada setiap gurauan yang terselip pada percakapan kecil yang kita ciptakan. Bahagia menikmati hembusan angin yang membelai wajah kita dengan lembut. Tersenyum pada setiap kekonyolan yang tidak sengaja tercipta pada diri kita masing-masing. Ah, iya. Itu DULU. Sebelum perbedaan mulai meretakkan semua yang telah kita lalui. Terlalu banyak perbedaan.
Kamu lagi apa? Udah makan belum? Nanti sakit. Kamu lagi dimana? Hati-hati ya. Apa percakapan kecil seperti itu masih istimewa bagimu? Bagimu yang terpisah dalam jarak yang sejauh ini denganku. Apa percakapan kecil itu masih bisa tercipta jika kita bertemu lagi? Apa masih terasa istimewa jika kamu sudah memiliki orang lain yang berada di sampingmu?
Dan tulisan ini tercipta saat aku mulai mengerti rasanya kehilangan. Mengerti arti perpisahan sesungguhnya. Melihat realita bahwa begitu banyak orang yang belum mengerti artinya perpisahan jika mereka belum benar-benar merasakan apa itu perpisahan. Berbahagialah dengan apa yang kamu punya sekarang. Dan tulisan ini terinspirasi dari seseorang yang menyukai fisika, yang bercita-cita melanjutkan sekolah di ITB jurusan teknik. Untuk kamu yang pernah ada di sini sebelumnya.
Aku kangen masa-masa itu… 
 

Diahhh's Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos