Sabtu, 27 April 2013

Setelah kamu pergi

Diposting oleh Diah Novianti di 06.55 0 komentar
Kini tak ada lagi kamu yang memenuhi inbox handphone-ku. Tak ada lagi yang mengundang tawa pada setiap hariku. Tak ada lagi bunyi telepon yang selalu siap menemani malamku hingga larut. Kini kita dihadapkan pada kenyataan. Kenyataan yang sungguh tak diinginkan oleh siapapun meskipun beginilah hukum alam. Perpisahan.

Aku masih merasa sesak yang sama, rasa yang sama. Selalu ada rindu yang terselip, selalu ada kasih yang mengalir. Untuk kamu. Tapi kenyataan memang kenyataan. Di sini hanya tinggal ada aku dan kamu sudah pergi entah kemana. Menyakitkan bukan, berpisah tanpa kata selamat tinggal.

Kamu selalu kamu yang aku kenal. Yang selalu siap mendengarkan curhatan-curhatan kecil yang keluar dari bibir gadis kecil sepertiku. Menemaniku meski dirimu sendiri sibuk membagi waktu dengan berbagai kesibukanmu. Kamu selalu bisa merasuki relung otakku pada setiap waktu. Tapi tiba-tiba kamu pergi, tanpa seucap katapun. Tanpa jejak sekalipun.

Kamu yang entah dimana. Yang masih setia berada di hatiku. Mengapa masih saja mengusik malam-malamku dengan hadirnya dirimu dalam pikiranku? Mengapa masih saja mengusik mimpi-mimpi yang dulu sempat aku bangun dan begitu aku harapkan? Bisakah berhenti menggangguku? Mengganggu pikiran dan juga hatiku.

Lalu aku di hadapkan pada kenyatan yang lain. Lalu aku dihadapkan pada dimensi yang lain. Kamu dan duniamu telah menemukan sepasang sayap kupu-kupu yang sempat hilang. Kamu menemukan pengganti diriku yang entah siapa namanya. Tapi aku tahu, aku tak pernah jadi siapapun di matamu. Sedikitpun tak pernah. Sesak itu datang lagi, lebih kuat dari biasanya lebih sakit dari semestinya.

Dan kamu meminta kembali lagi ketika hati ini mulai membeku. Oh, sayang, maaf. Rasanya kesempatan untukmu sudah habis. Sudah. Cukup. Setelah kamu pergi rasanya aku sudah mati rasa. Kamu bukan kamu yang dulu kukenal. Bukan siapa-siapa yang perlu aku perjuangkan lagi. Setelah kamu pergi semua terasa gelap.



Dan di antara tugas yang berserakan
Di antara bulir air mata yang mulai menetes
Aku merindukamu

Senandung Rindu

Diposting oleh Diah Novianti di 06.29 0 komentar

Dan di sini aku berdiri, mencari-cari kisah yang tersisa.
Kisah yang pernah ada yang pernah terjadi.
Tentang kita tentang kita.

Kamu dan aku mulai bicara cinta.
Hingga kita sama-sama jatuh pada sakitnya cinta.
Lalu berpisah lalu melupakan.

Aku rindu kepadamu.
Aku rindu kenangan, rindu dipelukmu.
Tapi aku rindu rasa yang pernah ada sebelumnya.

Dengarkan aku.
Aku hanya rindu, cuma rindu.
Kini kita telah berbeda, bukan yang dulu.
Dengarkan senandung rinduku ini, sebuah cerita tentang masa lalu.

Walau hanya sebuah nada sederhana.
Tapi ini yang kurasa.
Semua yang berubah, semua yang kurindukan.
Dengarkan aku, senandung rinduku.

Jumat, 26 April 2013

Maaf aku meminjam milikmu beberapa menit

Diposting oleh Diah Novianti di 02.14 0 komentar

Aku masih berada di tempat yang sama dengan dengus nafas yang mulai tak beraturan. Pria itu menyuruhku masuk ke dalam rumahnya. Pria berkulit putih dan berperawakan sedang itu memberikanku sebungkus es krim. Selalu saja tahu apa yang kusuka. Ia memperhatikanku menghabiskan es krim itu. Tatapannya lekat dan sesekali senyum mengembang di bibirnya. Aku selalu suka saat-saat seperti ini, saat mataku dan matanya bertemu. Tulus dan menenangkan.

Ia mulai berbicara tentang apapun itu termasuk juga tentang pacarnya. Aku menyimak dengan serius sambil tetap sibuk menghabiskan es krim-ku. Ia mulai bertanya-tanya tentang aku. Bertanya-tanya tentang “kita”. Entah perasaan apa yang membuat aku tetap tenang berada di sampingnya. Malam ini hanya ada aku dan dia. Malam ini yang menjadi saksi betapa aku merasa tenang di sampingnya.

Tapi kamu bukan siapa-siapa aku dan aku bukan siapa-siapa kamu. Tapi kita selalu bisa menemukan titik kenyamanan masing-masing ketika bersama. Entah, kamu seperti  merasuki seluruh sel impuls otakku ketika kita bisa berdua seperti ini. Kamu seperti magnet yang menarik seluruh energiku ketika kita selalu bersama. Tapi kenyataannya kamu bukan untukku, bukan milikku. Kamu milik orang lain yang sedang membutuhkan teman untuk bicara. Kamu milik orang lain yang hanya butuh pendengar ketika kamu mulai membicarakan kekasihmu. Tapi malam ini ijinkan aku bersamanya untuk terakhir kali, ijinkan aku memilikinya untuk malam terakhir yang semakin larut ini. Ijinkan kita menghabiskan waktu bersamanya sebelum waktu yang tersisa benar-benar habis.

Untuk kekasih dari pria yang terlanjur kucintai, maaf aku meminjam “milikmu” untuk beberapa menit di malam ini.

Kamis, 25 April 2013

Yang perlu kamu tahu

Diposting oleh Diah Novianti di 03.03 0 komentar
Kamu tahu…
Setelah sekalinya aku percaya, aku tidak mudah lupa
Apapun yang kamu bilang
Aku percaya itu kenyataan, kenyataannya tidak begitu.
Kamu tahu…
Aku Cuma bintang redup yang menghiasi malammu
Memberikan secercah cahaya pada kegelapan
Sesederhana itu
Tapi aku tahu
Aku bukan apa-apa, bukan siapa-siapa
Hanya sebuah bintang redup di tengah angkasa luar
Apa kamu bisa rasa aku jatuh, aku hilang
Kamu bagaikan meteor yang indah
Satu-satu jatuh ke hatiku
Lama-lama membakar, menghanguskan
Aku jatuh
Kamu boleh minta permintaan pada bintang jatuh kan?
Tapi sekali ini tolong
Kamu minta agar aku tidak terluka. Cukup
Minta aku agar tetap kuat
Minta aku supaya tetap bersinar
Untuk kamu si meteor indah, terima kasih sudah jatuh ke hatiku
Terima kasih telah menghanguskan.

Minggu, 21 April 2013

Can we back to the past?

Diposting oleh Diah Novianti di 07.01 0 komentar

I'm so glad you made time to see me. How's life? Tell me how's your family? I haven't seen them in a while. You've been good, busier than ever. We small talk, work and the weather. Your guard is up and I know why.

Kamu seperti penuh magis, memompa jantungku lebih cepat dari sebelumnya. Memasok energi lebih banyak ke tubuhku. Lama-lama aku terbiasa, lama-lama aku merasa biasa.

'cause the last time you saw me is still burned in the back of your mind. You gave me roses and I left them there to die.

Aku cuma aku yang jahat. Menghempaskan perasaanmu begitu saja ketika sudah melambung terlalu tinggi. Tapi aku tetap aku, yang terlalu mempermainkan perasaanmu.

So this is me swallowing my pride. Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night", and I go back to December all the time. It turns out freedom ain't nothing but missing you. Wishing that I realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right. 
I go back to December all the time.

Lalu kamu sakit, kamu terluka. Tapi mengapa tetap memperjuangkan aku? Orang yang menyakitimu. Tapi aku tetap aku, yang egois, yang tak berperasaan. Hingga kamu pergi, hingga kamu hilang.

These days I haven't been sleeping. Staying up playing back myself leavin'. When your birthday passed and I didn't call. And I think about summer, all the beautiful times, I watched you laughing from the passenger side. Realized that I loved you in the fall.

Dan di sini aku dengan semua kebanggaanku. Menyakitimu lebih dari kekuatanmu untuk tetap bertahan. Aku menyadari ada yang hilang dari atmosfer hati ini. Kamu. Bintang yang jatuh ke permukaan bumi dan menghilang untuk selamanya.

Then the cold came, the dark days when fear crept into my mind. You gave me all your love and all I gave you was "Goodbye"

Aku merasa sendiri. Merasa hampa. Tanpa kamu, tanpa cahaya penjaga kegelapan malam.

So this is me swallowing my pride. Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night". And I go back to December all the time. It turns out freedom ain't nothing but missing you, wishing that I realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and change my own mind
I go back to December all the time.

Kamu memberikan semua yang kamu bisa berikan. Cintamu, nafasmu, waktumu, bahkan hidupmu. Tapi aku terlalu egois. Terlalu jahat.

I miss your tanned skin, your sweet smile, so good to me, so right. And how you held me in your arms that September night. The first time you ever saw me cry.

Dengan angkuhnya aku meninggalkanmu, menangis sendiri di tengah kegelapan malam. Lalu aku pergi. Melangkah sejauh mungkin, menghempaskan kamu begitu saja.

Maybe this is wishful thinking, probably mindless dreaming. If we loved again I swear I'd love you right... I'd go back in time and change it but I can't. So if the chain is on your door I understand.

Kamu hilang. Entah kemana. Ada yang hilang. Tidak ada lagi yang memasok energiku memompa jantungku lebih cepat lagi.

But this is me swallowing my pride standing in front of you saying, "I'm sorry for that night". And I go back to December... It turns out freedom ain't nothing but missing you, wishing that I'd realize what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right.
I'd go back to December, turn around and change my own mind

Dan di sini aku kembali, menelan kebanggaanku mentah-mentah. Memohon kepadamu untuk kembali pulang. Meminta lagi perhatianmu, meminta lagi hidupmu. Bisakah kamu mengabulkan permintaanku wahai bintang jatuh? Kembalilah, cahaya penjaga kegelapan malam.

I'd go back to December all the time.
All the time

Can we back to the past?

Belajar mengikhlaskan belajar melepas

Diposting oleh Diah Novianti di 05.44 1 komentar

Aku mengenalmu secara tiba-tiba. Tanpa tahu namamu tanpa tahu siapa kamu. Hanya sebatas kenal. Hanya sebatas senyuman. Tapi kamu seolah-olah memperkenalkanku pada dunia yang lain, yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Kamu nyata. Bukan sebuah ilusi bukan sebuah bayangan yang diciptakan oleh gadis sepertiku.
Kita berkenalan. Sungguh, seperti mimpi! Pesan singkatmu mulai memenuhi kesunyian handphone-ku selama ini. Kamu penuh semangat ketika bercakap-cakap denganku. Aku bisa merasakan itu, aku juga sangat bersemangat ketika pesan singkatmu mulai meramaikan hari-hariku.
Aku merasa senang, merasa berbeda. Aku mencoba mencegah perasaan aneh yang mulai aku rasakan. Entah apa namanya, aku mencoba mencegahnya. Aneh. Mungkin aku hanya merasakan ketertarikan sesaat atau aku benar-benar jatuh cinta sama kamu. Apa? Jatuh cinta? Jangan!
Kamu mengisi hari-hariku, kamu penuh semangat, kamu penuh magis! Aku mulai merasakan sesuatu yang entah apa namanya. Aku tak mengerti. Lalu kamu mulai bercerita tentang wanita yang kamu suka, yang kamu kagumi. Aku berusaha memahaminya walau terkadang ada perasaan yang mengganjal ketika kamu menceritakan “mereka”.
Aku mulai sadar akan perasaanku sendiri. Aku jatuh cinta! Aku jatuh cinta pada seseorang yang mengagumi banyak perempuan! Bukankah hal itu tidak aneh? Bukankah cinta tak pernah salah? Aku merasa nyaman dengannya, merasakan sesuatu yang baru yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Tapi kamu mencintai banyak wanita, banyak perempuan. Aku apa? Bukan sesuatu yang penting yang harus kamu pertahankan. Kamu mencintai dia, kamu mengagumi dia, kamu merasakan ketertarikan sesaat dengan dia. Terlalu banyak wanita! Dia, dia, dia, dan dia! Entah “dia” siapa lagi yang kamu suka. Tapi aku jatuh cinta dengan lelaki seperti kamu, yang mampu membuat wanita nyaman berada di sampingmu.
Kamu penuh magis! Menyesatkan pikiranku, menghisap seluruh energiku ketika bertatapan denganmu. Kamu berbeda! Tapi aku siapa? Bukan siapa-siapa, bukan apa-apa. Aku mulai merasa bosan, bukan. Aku hanya merasa lelah akan semuanya. Kamu mulai menceritakan “dia” yang baru lagi. Entah berapa banyak “dia” yang akan kamu ceritakan padaku.
Aku di sini, berdiri dengan harapanku. Harapan yang akan aku bawa pulang lagi, yang akan aku kubur dalam-dalam. Aku mulai menyadari, kamu bukanlah kamu yang pantas aku perjuangkan seperti kamu memperjuangkan wanita-wanita itu. Tapi kamu memintaku untuk tetap di sini, berada di sampingmu, bersamamu dan tidak lupa bersama cerita-ceritamu tentang wanita yang kamu sukai. Aku memberimu kesempatan yang sama, berkali-kali. Hingga aku mulai lelah. Tolong, sekali lagi. Minta aku supaya jangan terjatuh, supaya aku tidak sakit. Cukup. Kamu dan duniamu terlalu penuh magis hingga menyeretku sejauh ini, hingga duri-duri yang menancap terlalu banyak dan tak terasa lagi sakitnya.
Tolong, minta pada bintang jatuh agar aku tetap kuat. Tolong, mengertilah. Tak ada yang perlu dipertahankan, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena sejak awal kita bukan siapa-siapa, bukan sesuatu yang harus saling melepas atau bertahan. Aku hanya belajar untuk mengikhlaskan belajar melepas sesuatu yang bukan milikku. Kamu, terima kasih sudah membawa aku sejauh ini. Terima kasih sudah mengajarkan aku arti mengikhlaskan dan melepas.

Rabu, 17 April 2013

Bicara Kita

Diposting oleh Diah Novianti di 04.33 0 komentar
" Kita ini apa? "
" Siapa? Kita? "
" Iya. Kita."
" Menurut kamu? "
" Entah. Aku juga tak mengerti. "
" Lalu? Mengapa bertanya tentang kita? "
" Karena waktunya sudah hampir habis. "
" Kapan? "
" Entahlah. "
" Lalu? "
" Aku ingin tahu tentang kita. "
" Kita ya kita. Begini saja. "

Selasa, 09 April 2013

Kita yang Terpisah Jarak

Diposting oleh Diah Novianti di 05.15 0 komentar
Letisha memandang sekali lagi deretan nama-nama siswa yang lulus memasuki salah satu SMA favorit di Singaraja itu. DITERIMA! Dia meloncat kegirangan dan tak sadar bahwa dirinya sendiri berada dikerumunan orang banyak. Tanpa pikir panjang ia langsung menghubungi kedua orang tuanya yang berada jauh di Mataram.
“Bu, Letisha diterima di sini! Seneng bisa banggain Bapak sama Ibu!”
“Oh ya? Hebat! Terus mau sekolah di sana?”
“Iya. Boleh kan?”
Nada bicara Ibunya berubah, seakan-akan ada sesuatu yang sangat sulit ia lepaskan. Seakan-akan ada beban berat yang terpikul di pundaknya. “Iya, boleh kok. Tapi kamu gak apa di sana?”
“Bu, Letisha udah gede. Letisha pasti bisa jaga diri. Ibu jangan terlalu khawatir ya!”
“Iya, Nak. Selamat ya!”
Letisha tersenyum. “Makasih, Bu. Nanti Letisha hubungi lagi ya.”
Tuuttt..tuutt..tutt.. Sambungan telepon terputus. Ah, betapa Letisha sebenarnya tetap ingin tinggal di sana, bersama kedua orang tuanya. Di Mataram.
***
Menjadi yang berbeda tentu sangat sulit, apalagi bagi Letisha yang sejak kecil berada di Mataram. Namun kali ini tekadnya bulat, ia ingin bersekolah di Bali. Berada di dunia yang baru tentu tidak mudah, ia sadar bahwa ia harus sesegera mungkin beradaptasi di sana. Letisha mulai mengenal sosok-sosok teman yang baru. Yang memberinya warna kehidupan yang berbeda dari sebelumnya.
Hari ini hari pertama Letisha masuk sekolah. Ia mulai terbiasa hidup di sini. Sebuah pesan singkat masuk ke handphone-nya. Ibu.
Semangat ya sayang hari pertama sekolahnya.

Jumat, 05 April 2013

Explorers - Muse

Diposting oleh Diah Novianti di 07.32 0 komentar

Once I hoped
To seek the new and unknown
This planet’s overrun
There’s nothing left for you or for me
Don’t give in, we can
Walk through the fields
And feeling nature’s glow
But all the land is owned
There’s none left for you or for me

Who will win?
‘Cause I concede
Free me
Free me
Free me from this world
I don’t belong here
It was a mistake imprisoning my soul

Can you free me
Free me from this world
A world lush in bloom
With rivers running wild
They’ll be re-routed South
With none left for you or for me

Don’t give in
Hear the engines roar
And save our crops from drought
But when the black gold’s in doubt
There’s none left for you or for me
Fuse helium-3
Our last hope

Free me
Free me
Free me from this world
We don’t belong here
It was a mistake imprisoning our souls
Can you free me
Free me from this world
Free me
I’ll free you
Free us from this world
We don’t belong here
It was a mistake imprisoning our souls
Can you free me
Free me from this world
Running around in circles feeling caged
By endless rules
Can you free me, free me from this world

Go to sleep

Sabtu, 27 April 2013

Setelah kamu pergi

Diposting oleh Diah Novianti di 06.55 0 komentar
Kini tak ada lagi kamu yang memenuhi inbox handphone-ku. Tak ada lagi yang mengundang tawa pada setiap hariku. Tak ada lagi bunyi telepon yang selalu siap menemani malamku hingga larut. Kini kita dihadapkan pada kenyataan. Kenyataan yang sungguh tak diinginkan oleh siapapun meskipun beginilah hukum alam. Perpisahan.

Aku masih merasa sesak yang sama, rasa yang sama. Selalu ada rindu yang terselip, selalu ada kasih yang mengalir. Untuk kamu. Tapi kenyataan memang kenyataan. Di sini hanya tinggal ada aku dan kamu sudah pergi entah kemana. Menyakitkan bukan, berpisah tanpa kata selamat tinggal.

Kamu selalu kamu yang aku kenal. Yang selalu siap mendengarkan curhatan-curhatan kecil yang keluar dari bibir gadis kecil sepertiku. Menemaniku meski dirimu sendiri sibuk membagi waktu dengan berbagai kesibukanmu. Kamu selalu bisa merasuki relung otakku pada setiap waktu. Tapi tiba-tiba kamu pergi, tanpa seucap katapun. Tanpa jejak sekalipun.

Kamu yang entah dimana. Yang masih setia berada di hatiku. Mengapa masih saja mengusik malam-malamku dengan hadirnya dirimu dalam pikiranku? Mengapa masih saja mengusik mimpi-mimpi yang dulu sempat aku bangun dan begitu aku harapkan? Bisakah berhenti menggangguku? Mengganggu pikiran dan juga hatiku.

Lalu aku di hadapkan pada kenyatan yang lain. Lalu aku dihadapkan pada dimensi yang lain. Kamu dan duniamu telah menemukan sepasang sayap kupu-kupu yang sempat hilang. Kamu menemukan pengganti diriku yang entah siapa namanya. Tapi aku tahu, aku tak pernah jadi siapapun di matamu. Sedikitpun tak pernah. Sesak itu datang lagi, lebih kuat dari biasanya lebih sakit dari semestinya.

Dan kamu meminta kembali lagi ketika hati ini mulai membeku. Oh, sayang, maaf. Rasanya kesempatan untukmu sudah habis. Sudah. Cukup. Setelah kamu pergi rasanya aku sudah mati rasa. Kamu bukan kamu yang dulu kukenal. Bukan siapa-siapa yang perlu aku perjuangkan lagi. Setelah kamu pergi semua terasa gelap.



Dan di antara tugas yang berserakan
Di antara bulir air mata yang mulai menetes
Aku merindukamu

Senandung Rindu

Diposting oleh Diah Novianti di 06.29 0 komentar

Dan di sini aku berdiri, mencari-cari kisah yang tersisa.
Kisah yang pernah ada yang pernah terjadi.
Tentang kita tentang kita.

Kamu dan aku mulai bicara cinta.
Hingga kita sama-sama jatuh pada sakitnya cinta.
Lalu berpisah lalu melupakan.

Aku rindu kepadamu.
Aku rindu kenangan, rindu dipelukmu.
Tapi aku rindu rasa yang pernah ada sebelumnya.

Dengarkan aku.
Aku hanya rindu, cuma rindu.
Kini kita telah berbeda, bukan yang dulu.
Dengarkan senandung rinduku ini, sebuah cerita tentang masa lalu.

Walau hanya sebuah nada sederhana.
Tapi ini yang kurasa.
Semua yang berubah, semua yang kurindukan.
Dengarkan aku, senandung rinduku.

Jumat, 26 April 2013

Maaf aku meminjam milikmu beberapa menit

Diposting oleh Diah Novianti di 02.14 0 komentar

Aku masih berada di tempat yang sama dengan dengus nafas yang mulai tak beraturan. Pria itu menyuruhku masuk ke dalam rumahnya. Pria berkulit putih dan berperawakan sedang itu memberikanku sebungkus es krim. Selalu saja tahu apa yang kusuka. Ia memperhatikanku menghabiskan es krim itu. Tatapannya lekat dan sesekali senyum mengembang di bibirnya. Aku selalu suka saat-saat seperti ini, saat mataku dan matanya bertemu. Tulus dan menenangkan.

Ia mulai berbicara tentang apapun itu termasuk juga tentang pacarnya. Aku menyimak dengan serius sambil tetap sibuk menghabiskan es krim-ku. Ia mulai bertanya-tanya tentang aku. Bertanya-tanya tentang “kita”. Entah perasaan apa yang membuat aku tetap tenang berada di sampingnya. Malam ini hanya ada aku dan dia. Malam ini yang menjadi saksi betapa aku merasa tenang di sampingnya.

Tapi kamu bukan siapa-siapa aku dan aku bukan siapa-siapa kamu. Tapi kita selalu bisa menemukan titik kenyamanan masing-masing ketika bersama. Entah, kamu seperti  merasuki seluruh sel impuls otakku ketika kita bisa berdua seperti ini. Kamu seperti magnet yang menarik seluruh energiku ketika kita selalu bersama. Tapi kenyataannya kamu bukan untukku, bukan milikku. Kamu milik orang lain yang sedang membutuhkan teman untuk bicara. Kamu milik orang lain yang hanya butuh pendengar ketika kamu mulai membicarakan kekasihmu. Tapi malam ini ijinkan aku bersamanya untuk terakhir kali, ijinkan aku memilikinya untuk malam terakhir yang semakin larut ini. Ijinkan kita menghabiskan waktu bersamanya sebelum waktu yang tersisa benar-benar habis.

Untuk kekasih dari pria yang terlanjur kucintai, maaf aku meminjam “milikmu” untuk beberapa menit di malam ini.

Kamis, 25 April 2013

Yang perlu kamu tahu

Diposting oleh Diah Novianti di 03.03 0 komentar
Kamu tahu…
Setelah sekalinya aku percaya, aku tidak mudah lupa
Apapun yang kamu bilang
Aku percaya itu kenyataan, kenyataannya tidak begitu.
Kamu tahu…
Aku Cuma bintang redup yang menghiasi malammu
Memberikan secercah cahaya pada kegelapan
Sesederhana itu
Tapi aku tahu
Aku bukan apa-apa, bukan siapa-siapa
Hanya sebuah bintang redup di tengah angkasa luar
Apa kamu bisa rasa aku jatuh, aku hilang
Kamu bagaikan meteor yang indah
Satu-satu jatuh ke hatiku
Lama-lama membakar, menghanguskan
Aku jatuh
Kamu boleh minta permintaan pada bintang jatuh kan?
Tapi sekali ini tolong
Kamu minta agar aku tidak terluka. Cukup
Minta aku agar tetap kuat
Minta aku supaya tetap bersinar
Untuk kamu si meteor indah, terima kasih sudah jatuh ke hatiku
Terima kasih telah menghanguskan.

Minggu, 21 April 2013

Can we back to the past?

Diposting oleh Diah Novianti di 07.01 0 komentar

I'm so glad you made time to see me. How's life? Tell me how's your family? I haven't seen them in a while. You've been good, busier than ever. We small talk, work and the weather. Your guard is up and I know why.

Kamu seperti penuh magis, memompa jantungku lebih cepat dari sebelumnya. Memasok energi lebih banyak ke tubuhku. Lama-lama aku terbiasa, lama-lama aku merasa biasa.

'cause the last time you saw me is still burned in the back of your mind. You gave me roses and I left them there to die.

Aku cuma aku yang jahat. Menghempaskan perasaanmu begitu saja ketika sudah melambung terlalu tinggi. Tapi aku tetap aku, yang terlalu mempermainkan perasaanmu.

So this is me swallowing my pride. Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night", and I go back to December all the time. It turns out freedom ain't nothing but missing you. Wishing that I realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right. 
I go back to December all the time.

Lalu kamu sakit, kamu terluka. Tapi mengapa tetap memperjuangkan aku? Orang yang menyakitimu. Tapi aku tetap aku, yang egois, yang tak berperasaan. Hingga kamu pergi, hingga kamu hilang.

These days I haven't been sleeping. Staying up playing back myself leavin'. When your birthday passed and I didn't call. And I think about summer, all the beautiful times, I watched you laughing from the passenger side. Realized that I loved you in the fall.

Dan di sini aku dengan semua kebanggaanku. Menyakitimu lebih dari kekuatanmu untuk tetap bertahan. Aku menyadari ada yang hilang dari atmosfer hati ini. Kamu. Bintang yang jatuh ke permukaan bumi dan menghilang untuk selamanya.

Then the cold came, the dark days when fear crept into my mind. You gave me all your love and all I gave you was "Goodbye"

Aku merasa sendiri. Merasa hampa. Tanpa kamu, tanpa cahaya penjaga kegelapan malam.

So this is me swallowing my pride. Standing in front of you saying, "I'm sorry for that night". And I go back to December all the time. It turns out freedom ain't nothing but missing you, wishing that I realized what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and change my own mind
I go back to December all the time.

Kamu memberikan semua yang kamu bisa berikan. Cintamu, nafasmu, waktumu, bahkan hidupmu. Tapi aku terlalu egois. Terlalu jahat.

I miss your tanned skin, your sweet smile, so good to me, so right. And how you held me in your arms that September night. The first time you ever saw me cry.

Dengan angkuhnya aku meninggalkanmu, menangis sendiri di tengah kegelapan malam. Lalu aku pergi. Melangkah sejauh mungkin, menghempaskan kamu begitu saja.

Maybe this is wishful thinking, probably mindless dreaming. If we loved again I swear I'd love you right... I'd go back in time and change it but I can't. So if the chain is on your door I understand.

Kamu hilang. Entah kemana. Ada yang hilang. Tidak ada lagi yang memasok energiku memompa jantungku lebih cepat lagi.

But this is me swallowing my pride standing in front of you saying, "I'm sorry for that night". And I go back to December... It turns out freedom ain't nothing but missing you, wishing that I'd realize what I had when you were mine.
I'd go back to December, turn around and make it all right.
I'd go back to December, turn around and change my own mind

Dan di sini aku kembali, menelan kebanggaanku mentah-mentah. Memohon kepadamu untuk kembali pulang. Meminta lagi perhatianmu, meminta lagi hidupmu. Bisakah kamu mengabulkan permintaanku wahai bintang jatuh? Kembalilah, cahaya penjaga kegelapan malam.

I'd go back to December all the time.
All the time

Can we back to the past?

Belajar mengikhlaskan belajar melepas

Diposting oleh Diah Novianti di 05.44 1 komentar

Aku mengenalmu secara tiba-tiba. Tanpa tahu namamu tanpa tahu siapa kamu. Hanya sebatas kenal. Hanya sebatas senyuman. Tapi kamu seolah-olah memperkenalkanku pada dunia yang lain, yang belum pernah aku lihat sebelumnya. Kamu nyata. Bukan sebuah ilusi bukan sebuah bayangan yang diciptakan oleh gadis sepertiku.
Kita berkenalan. Sungguh, seperti mimpi! Pesan singkatmu mulai memenuhi kesunyian handphone-ku selama ini. Kamu penuh semangat ketika bercakap-cakap denganku. Aku bisa merasakan itu, aku juga sangat bersemangat ketika pesan singkatmu mulai meramaikan hari-hariku.
Aku merasa senang, merasa berbeda. Aku mencoba mencegah perasaan aneh yang mulai aku rasakan. Entah apa namanya, aku mencoba mencegahnya. Aneh. Mungkin aku hanya merasakan ketertarikan sesaat atau aku benar-benar jatuh cinta sama kamu. Apa? Jatuh cinta? Jangan!
Kamu mengisi hari-hariku, kamu penuh semangat, kamu penuh magis! Aku mulai merasakan sesuatu yang entah apa namanya. Aku tak mengerti. Lalu kamu mulai bercerita tentang wanita yang kamu suka, yang kamu kagumi. Aku berusaha memahaminya walau terkadang ada perasaan yang mengganjal ketika kamu menceritakan “mereka”.
Aku mulai sadar akan perasaanku sendiri. Aku jatuh cinta! Aku jatuh cinta pada seseorang yang mengagumi banyak perempuan! Bukankah hal itu tidak aneh? Bukankah cinta tak pernah salah? Aku merasa nyaman dengannya, merasakan sesuatu yang baru yang belum pernah aku rasakan sebelumnya.
Tapi kamu mencintai banyak wanita, banyak perempuan. Aku apa? Bukan sesuatu yang penting yang harus kamu pertahankan. Kamu mencintai dia, kamu mengagumi dia, kamu merasakan ketertarikan sesaat dengan dia. Terlalu banyak wanita! Dia, dia, dia, dan dia! Entah “dia” siapa lagi yang kamu suka. Tapi aku jatuh cinta dengan lelaki seperti kamu, yang mampu membuat wanita nyaman berada di sampingmu.
Kamu penuh magis! Menyesatkan pikiranku, menghisap seluruh energiku ketika bertatapan denganmu. Kamu berbeda! Tapi aku siapa? Bukan siapa-siapa, bukan apa-apa. Aku mulai merasa bosan, bukan. Aku hanya merasa lelah akan semuanya. Kamu mulai menceritakan “dia” yang baru lagi. Entah berapa banyak “dia” yang akan kamu ceritakan padaku.
Aku di sini, berdiri dengan harapanku. Harapan yang akan aku bawa pulang lagi, yang akan aku kubur dalam-dalam. Aku mulai menyadari, kamu bukanlah kamu yang pantas aku perjuangkan seperti kamu memperjuangkan wanita-wanita itu. Tapi kamu memintaku untuk tetap di sini, berada di sampingmu, bersamamu dan tidak lupa bersama cerita-ceritamu tentang wanita yang kamu sukai. Aku memberimu kesempatan yang sama, berkali-kali. Hingga aku mulai lelah. Tolong, sekali lagi. Minta aku supaya jangan terjatuh, supaya aku tidak sakit. Cukup. Kamu dan duniamu terlalu penuh magis hingga menyeretku sejauh ini, hingga duri-duri yang menancap terlalu banyak dan tak terasa lagi sakitnya.
Tolong, minta pada bintang jatuh agar aku tetap kuat. Tolong, mengertilah. Tak ada yang perlu dipertahankan, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Karena sejak awal kita bukan siapa-siapa, bukan sesuatu yang harus saling melepas atau bertahan. Aku hanya belajar untuk mengikhlaskan belajar melepas sesuatu yang bukan milikku. Kamu, terima kasih sudah membawa aku sejauh ini. Terima kasih sudah mengajarkan aku arti mengikhlaskan dan melepas.

Rabu, 17 April 2013

Bicara Kita

Diposting oleh Diah Novianti di 04.33 0 komentar
" Kita ini apa? "
" Siapa? Kita? "
" Iya. Kita."
" Menurut kamu? "
" Entah. Aku juga tak mengerti. "
" Lalu? Mengapa bertanya tentang kita? "
" Karena waktunya sudah hampir habis. "
" Kapan? "
" Entahlah. "
" Lalu? "
" Aku ingin tahu tentang kita. "
" Kita ya kita. Begini saja. "

Selasa, 09 April 2013

Kita yang Terpisah Jarak

Diposting oleh Diah Novianti di 05.15 0 komentar
Letisha memandang sekali lagi deretan nama-nama siswa yang lulus memasuki salah satu SMA favorit di Singaraja itu. DITERIMA! Dia meloncat kegirangan dan tak sadar bahwa dirinya sendiri berada dikerumunan orang banyak. Tanpa pikir panjang ia langsung menghubungi kedua orang tuanya yang berada jauh di Mataram.
“Bu, Letisha diterima di sini! Seneng bisa banggain Bapak sama Ibu!”
“Oh ya? Hebat! Terus mau sekolah di sana?”
“Iya. Boleh kan?”
Nada bicara Ibunya berubah, seakan-akan ada sesuatu yang sangat sulit ia lepaskan. Seakan-akan ada beban berat yang terpikul di pundaknya. “Iya, boleh kok. Tapi kamu gak apa di sana?”
“Bu, Letisha udah gede. Letisha pasti bisa jaga diri. Ibu jangan terlalu khawatir ya!”
“Iya, Nak. Selamat ya!”
Letisha tersenyum. “Makasih, Bu. Nanti Letisha hubungi lagi ya.”
Tuuttt..tuutt..tutt.. Sambungan telepon terputus. Ah, betapa Letisha sebenarnya tetap ingin tinggal di sana, bersama kedua orang tuanya. Di Mataram.
***
Menjadi yang berbeda tentu sangat sulit, apalagi bagi Letisha yang sejak kecil berada di Mataram. Namun kali ini tekadnya bulat, ia ingin bersekolah di Bali. Berada di dunia yang baru tentu tidak mudah, ia sadar bahwa ia harus sesegera mungkin beradaptasi di sana. Letisha mulai mengenal sosok-sosok teman yang baru. Yang memberinya warna kehidupan yang berbeda dari sebelumnya.
Hari ini hari pertama Letisha masuk sekolah. Ia mulai terbiasa hidup di sini. Sebuah pesan singkat masuk ke handphone-nya. Ibu.
Semangat ya sayang hari pertama sekolahnya.

Jumat, 05 April 2013

Explorers - Muse

Diposting oleh Diah Novianti di 07.32 0 komentar

Once I hoped
To seek the new and unknown
This planet’s overrun
There’s nothing left for you or for me
Don’t give in, we can
Walk through the fields
And feeling nature’s glow
But all the land is owned
There’s none left for you or for me

Who will win?
‘Cause I concede
Free me
Free me
Free me from this world
I don’t belong here
It was a mistake imprisoning my soul

Can you free me
Free me from this world
A world lush in bloom
With rivers running wild
They’ll be re-routed South
With none left for you or for me

Don’t give in
Hear the engines roar
And save our crops from drought
But when the black gold’s in doubt
There’s none left for you or for me
Fuse helium-3
Our last hope

Free me
Free me
Free me from this world
We don’t belong here
It was a mistake imprisoning our souls
Can you free me
Free me from this world
Free me
I’ll free you
Free us from this world
We don’t belong here
It was a mistake imprisoning our souls
Can you free me
Free me from this world
Running around in circles feeling caged
By endless rules
Can you free me, free me from this world

Go to sleep
 

Diahhh's Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos